Banyu Langse, Tirta Pertapaan ‘Putri Naga’

7309

kabartuban.com – Wisata Banyu Langse yang terdapat di Desa Boto Kecamatan Semanding Tuban menjadi destinasi wisata yang semakin populer di Tuban. Semakin hari, wisata alam yang berkembang alami tanpa sentuhan tangan pemerintah ini semakin banyak dikunjungi. Bukan hanya warga Tuban, tapi sejumlah pengunjung dari luar kota seperti Lamongan dan Bojonegoro juga kerap kali datang untuk berwisata di Banyu Langse.

Wisata Banyu Langse seakan unik didengar telinga. Namun ternyata ada kisah melegenda yang kini banyak dipercaya oleh masyarakat sekitar dengan adanya perempuan yang bernama Sri Langse.

Data yang dihimpun oleh kabartuban.com menyebutkan, konon pada jaman dahulu hiduplah seorang putri yang dikenal oleh masyarakat Desa Boto dengan nama putri Sri Langse. Putri adalah seorang wanita keturunan cina dan jawa, dimana pada masa itu masyarakat sudah berbaur dengan orang-orang cina dengan adanya penetrasi budaya cina ke tanah jawa dan beralkuturasi, termasuk budaya.

Arti Banyu Langse sendiri dalam bahasa jawa kawi, Banyu: (air) Langse: (naga). Simbol naga sendiri adalah simbol yang cukup diagungkan dan sangat disakralkan oleh masyarakat cina. Masyarakat setempat juga meyakini bahwa putri Sri Langse mempunyai nama cina yaitu Chi Lang She dimana Chi di tanah pasundan diartikan Sungai, She yang berarti Pura, Wihara atau tempat yang disucikan.

“Dulu memang ada seorang putri yang disebut Sri Langse asal cina dan bernaung di Desa Boto untuk mengembangkan budaya batik di Desa Boto, dan pada saat itu Sri Langse berbaur dengan masyarakat setempat untuk mengembangan misinya yaitu batik,” ungkap Tikno kepada kabartuban.com, salah satu warga setempat yang menyimpan lukisan Sri Langse.

Dengan ditemukannya Alu dan lumpang di bawah air terjun, situs Banyu Langse diprediksi pada kehidupan masa lampau adalah tempat yang disakralkan, karena pada konsepnya putri Sri Langse hijrah ke petirtaan bertujuan untuk melakukan pertapaan.

“Saat itu Sri Langse pamit untuk keluar bertapa, namun sampai saat ini tidak kembali, warga disini meyakini bahwa ketidakadaan dan menghilangnya Sri Langse tanpa jejak adalah bentuk reinkarnasi (mukso),” pungkasnya.

Putri mempunyai hobi atau kebiasaan membatik. Karena itu dipercaya masyarakat, batik pada awalnya berasal dari kebiasaan putri yang gemar membatik pada momen-momen tertentu. Pada masa kerajaan, batik hanya dipakai oleh orang-orang tertentu dan terutama orang-orang kerajaan (keratonsentris) dan oleh karena itu batik menjadi kebiasaan dan salah satu mata pencaharian masyarakat Desa Boto.

Di sisi lain, alkuturasi cina di Tuban juga terlihat lekat pada  keberadaan ragam hias burung Hong pada batik Tuban yang berasal dari ragam hias cina. Dikenal pula pada batik pesisiran adanya motif batik tiga Negeri, hal ini membuktikan adanya 3 akulturasi yang saling melebur antara jawa, cina dan Islam. Pengaruh Islam dalam motif batik juga dapat diperhatikan, karena pada awalnya Islam melarang menggambar bentuk makhluk hidup, karena itu bentuk motif batik dibuat stilasi (menggayakan bantik). (mus/im)

/