Bupati Serahkan Penghargaan Desa Aktif Gotong Royong ke Desa Socorejo

616

kabartuban.com – Bupati Tuban menyerah penghargaan desa paling aktif melakukan gotong royong di Kabupaten Tuban kepada Desa Socorejo, Kecamatan Jenu dalam puncak kegiatan BBGRM ke-15 dan KHG-PKK ke-46 Tahun 2018. Penghargaan tersebut diterima oleh Kades Socorejo, Arief Rahman Hakim, Rabu (7/11/2018).

Bupati Tuban, Fathul Huda, mengucapkan syukur Alhamdulillah karena bisa silaturahim di Socorejo dalam rangka BBGRM ke-15 dan HKG-PKK ke-46. Luar biasa, kecamatan yang ditempati Camat Moh. Maftuchin Reza selalu ditempati puncak BBGRM.

Seandainya Socorejo tak jadi juara, pasti perusahaan sekitarnya yang malu. Kalau desa sekitar tak maju, menjadi buktinya kalau perusahaan kurang koperatif.

“Hasil ini berarti keberadaan perusahaan tak sia-sia, dan semoga disusul prestasi lain,” terang Bupati Petahana di Bumi Wali.

Bupati kelahiran Kecamatan Montong, ini menjelaskan, dalam acara peringatan pasti sesuatu yang baik. Yang jelek tidak usah diperingati. Dimana gotong royong adalah kultur bangsa kita, dan gotong royong budaya utama Jawa.

Budaya dan agama tak bisa dipisahkan. Kalau ada budaya yang tidak sesuai agama, jangan budayanya yang dihilangkan tapi diluruskan.

Waktu lalu ketemu dengan Bupati Bali, kenapa orang Bali santun-santun. Apakah Agama Hindu mengajarkan kesantunan. Jawabannya ini terbentuk karena karakter dan budaya. Bukan agama karena semua agama mengajarkan hal yang baik.

“Maka dari itu, budaya gotong royong harus dilestarikan. Seperti budaya yang ditampilkan ada tari, pencak silat, tari dua jari dan lain sebagainya,” jelasnya.

Kalau gotong royong tak dilestarikan, akan terkikis. Hal ini sudah terjadi khususnya di Kota Besar. Mulai sekarang marilah kalau berpikir seperti orang kota, dan kalau berbudaya seperti orang desa.

Desa harus mendapat perhatian, karena di Indonesia banyak desanya. Adapun arus urbanisasi 55% di kota dan di desa hanya 45%. Oleh karena itu, program CSR harus diberikan kedesa.

Tadi kuta lihat bersama dorong perahu bersama. Kalau tak ada gotong royong bagaimana teknisnya memindahkan perahu seberat itu. Sekali lagi gotong royong sangat penting, utamanya saat ada kematian atau bencana.

“Bencana di Tuban yang kita pikirkan yaitu kebakaran, karena ketika mobil Damkar di lokasi api sudah padam dan rumah warga habis,” ungkap bapak empat anak ini.

Lebih dari itu, Bupati yang rajin berdakwah ini mengucapkan selamat HKG PKK usianya memasuki ke-46. Selama ini, PKK kegiatan pemberdayaan dalam pembangunannya luar biasa. Selama tujuh tahun banyak yang dilakukan dan harus ditingkatkan.

Misalnya pemberdayaan di bidang pndidikan usia 4-6 tahun harus bisa masuk di PAUD. Jumlah penduduk di Tuban, ada 50 ribu yang usianya 4-6 tahun. Yang sudah masuk 98,8 persen. Masih ada 1,2% yang belum sekolah atau masuk Paud.

“Padahal pendidikan Paud yang dasar dan menjadi pondasi pendidikan berikutnya,” imbuhnya.

Data yang dimilikinya, masih ada 550 anak yang belum sekolah. PKK harus dicari dulu angka 1,2%, kenapa gak sekolah. Apakah faktor ekonomi, dan CSR SG harus membantu karena tidak banyak biayanya. Kedua apakah faktor geografi (tempat terpencil), atau jangan-jangan si anak tidak mau sekolah.

Pemberdayaan di bidang kesehatan sudah ada posyandu, tapi disini ada angka kematian bayi cukup tinggi. IPM Tuban belum naik karena kesehatan dan karena banyaknya bayi mati.

Pemberdayaan ekonomi utamanya nelayan. Kalau sudah pahit banyak piring terbang kayak dulu. Ibu nelayan harus dibantu melalui dukungan CSR dari perusahaan.

Terakhir pemberdayaan Lansia. Camat harus mendata Lansia yang sudah tidak bisa melihat, untuk diperiksakan ke dokter atau dioperasi. Di Bumi Wali masih banyak Lansia yang mestinya pandangannya manfaat, tapi sudah tidak bisa melihat.

Beberapa hari lalu BPJS mencabut anggaran penyakit mata, tapi alhamdulillah diprotes oleh dokter dan dikembalikan lagi. Di RS juga masik banyak yang berobat mata.

Bagi Lansia yang sudah terlanjut buta aksara tidak usah diajari. Yang perlu diajari yaitu sholat diajari, dan bagi yang belum punya alat sholat dibantu.

“Saya sudah perintahkan Baznas,” tandasnya.

Sementara Kades Socorejo, Arief Rahman Hakim menjelaskan, wisata Kapal Kandas ini sebelumnya menjadi lokasi berbagai kegiatan. Mulai dari even perahu hias, maupun kirab arung samudera. Disamping itu, ibu Bupati Tuban, Qodriyah Fathul Huda maupun Wakil Ketua DPRD dan Komisi C juga pernah berkunjung di wisata yang viral di kalangan generasi milenial ini.

Kunjungan di desa kami tersebut, semoga membawa dampak positif untuk masyarakat Socorejo yang penuh kebersamaan, kegotongroyongan, dan kebahagiaan. Besar harapan terus berkomitmen dan menjalankan amanat kegotongroyongan.

“Semangat membangun kami beserta perangkat desa sangat kompak,” jelas kadea yang akrab dipanggil Kang Arief ini.

Selain juara 1 lomba BBGRM, Pemdes Socorejo juga menyabet juara I lomba desa award, dan lomba BUMDes terbaik se-Kabupaten Tuban. Lebih dari itu, juara harapan 2 lomba kearsipan tingkat Kabupaten Tuban.

Kepala Dipemas Desa dan KB Tuban, Mahmudi, mengucapkan selamat kepada Desa Socorejo menjadi juara satu, disusul Desa Kembangbilo, Kecamatan Tuban dan juara tiga disabet Desa Talun, Kecamatan Montong.

Tujuan pelaksanaan BBGRM tahun 2018 untuk meningkatkan peran masyarakat dalam melestarikan gotong rotong, melalui partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Khususnya pemberdayaan lembaga kemasyarakatan dalam pembangunan desa yang efektif, efesien, dan tepat sasaran.

“Disamping itu, pelaksanaan BBGRM Tuban 2018 merupakan tindak lanjut dari lomba kegiatan BBGRM di tingkat Provinsi Jatim 2018 tahun 2019 mendatang,” sambungnya. (dur)

/