Dua Mahasiswa Dikeroyok Satpol PP Saat Nyalakan Petasan

342

kotatuban.com – Dua mahasiswa Universitas Brawijaya (Unibraw) mengaku menjadi korban pengeroyokan beberapa petugas dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol) PP Tuban. Kejadian tersebut bermula saat keduanya menyalakan petasan di alun –alun kota Tuban. Selanjutnya, mereka melaporkan kejadian tersebut ke Polres Tuban. Selasa (14/7/2015).

Dua mahasiswa yang menjadi korban pengeroyokan tersebut adalah Ardiansyah Rizki (22) warga Kelurahan Doromukti Kecamatan Tuban dan Wijanarko (22), warga Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban.

”Kejadian itu Minggu (12/07) malam kemarin, setelah saya buka bersama dengan teman-teman SMA karena juga sedang libur kuliah,” kata Ardiansyah.

Keduanya menerangkan bahwa seusai buka bersama, dia bersama Wijanarko mengendarai sepeda motor ke alun-alun Tuban. Dia melihat masih ada satu sisa petasan yang habis dibakar bersama dengan teman-temannya SMA. Kemudian mereka menyalakan petasan setelah agak masuk ke alon-alon Tuban. Setelah disulut petasan tersebut tidak langsung meledak, dan apesnya justru petasan itu meledak saat mobil Satpol PP melintas di dekatnya.

”Jadi pas didekat mobil Satpol PP petasan itu baru meledak, saat itu saya juga sudah meninggalkan lokasi menuju ke timur,” terangnya.

Kemudian dia dikejar mobil patroli Satpol PP. Saat sampai di depan Kejaksaan Negeri Tuban, diapun dihentikan dan ditanya kenapa menyalakan petasan ketika orang sedang menyalakan shalat tarawih.

”Saya ditanya, kamu mau melawan petugas? Belum sampai memberi penjelasan apa-apa saya sudah dibekuk dari belakang dan dijatuhkan dan saya tersungkur,” kata Ardiansyah.

Saat terjatuh inilah, sekitar 5-7 orang petugas Satpol PP melakukan pemukulan secara mengeroyok. Mahasiswa semester akhir inipun hanya bisa pasrah dan melindungi kepala supaya tidak terkena pukulan dan tendangan pada bagian wajahnya.

Sementara itu, Wijanarko, korban lain yang menjadi saksi pemukulan tersebut menceritakan, bahwa temannya dipukul sekitar 5 sampai 7 orang petugas Satpol PP yang masih mengenakan seragam lengkap. Dia mengatakan Ardiansyah yang sudah tertelungkup dipukul dan ditendang.

”Saya lihat teman saya ini dipukul dan ditendang setelah dijatuhkan, karena melihat mukulnya sudah keterlaluan saya kemudian ingin melerai,” kata Wijanarko.

Menurutnya, saat dia meminta Satpol PP menyudahi pengeroyokan itu, justru dia didekati dua anggota Satpol PP dan langsung menarik kerah bajunya. Dia juga mendapat pukulan sekitar 3 kali dari Satpol PP tersebut.

”Saya justru dipukul sebanyak 3 kali,” ujarnya.

Aksi brutal Satpol PP ini baru berakhir setelah kedua pemuda ini digelandang ke Kantor Satpol PP Tuban. Di kantor mereka sempat akan dipukul kembali, tetapi beruntung masih dihalangi oleh Satpol PP yang lain.

”Saya kemudian diinterogasi, setelahnya baru ada seorang petugas yang kenal kakak saya dan menghubunginya untuk menjemput saya,” ujar Ardianysah.

Kepada keluarga, anggota Satpol PP justru mengatakan kalau kedua mahasiswa ini babak belur karena dihajar warga. Kemudian Satpol PP yang menolong dan mengamankan.

Sementara itu, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) Tuban, Heri Muharwanto, membantah bahwa anggotanya telah melakukan pengeroyokan. ”Nggak, tidak ada itu pengeroyokan yang dilakukan anggota,” ujar Heri Muharwanto saat dihubungi melalui ponselnya.

Menurutnya, saat itu anggota Satpol PP Tuban yang tengah patroli melihat ada dua pemuda menyalakan petasan. Padahal, shalat tarawih di Masjid Agung belum selesai. Kebetulan juga, petasan tersebut meledak sangat dekat dengan mobil anggota Satpol PP yang patroli.

”Kan tidak pantas, menyalakan petasan saat ada tarawih, itu kan mengganggu kekusukan jamaah. Dan kita sudah larang hal ini sejak dari awal puasa,” dalihnya. (pul/im)

/