Harga Kedelai Naik, Produsen Tempe Kelimpungan

431

Exif_JPEG_420kabartuban.com – Sejumlah pelaku usaha berbahan baku kedelai di Kabupaten Tuban mengeluhkan lonjakan harga kedelai yang cukup signifikan, mahalnya bahan baku tersebut, membuat sejumlah produsen tempe kelimpungan untuk menekan biaya produksi

Tidak terkecuali Tri Wulyani produsen tempe asal Kelurahan Sukolilo ini, mengeluh dengan lonjakan harga kedelai dipasaran dalam sepekan terakhir, kenaikan harga yang mencapai tiga puluh lima, persen tersebut, dari harga Rp 6.000,- menjadi Rp. 8.000,- perkilo, membuat industri tempe miliknya semakin kelimpungan dengan semakin merosotnya keuntungan yang didapat.

“Kalau harga bahan baku tempe mahal, otomatis keuntungan menurun, disamping itu produksi tempe juga turun” ungkap Tri Wulyani. Jum’at (13/03/15).

Lebih lanjut Wulyani menyampaikan, biasanya dalam satu hari dirinya bisa menghabiskan delapan belas kwintal dalam sekali produksi tempe, namun setelah kenaikan harga kedelai dipasaran dalam sepekan terakhir dirinya hanya mampu menghabiskan dua belas kwintal kedelai dalam satu hari.

Menurunnya produksi tersebut sebagai salah satu cara untuk menekan biaya produksi, biasanya pihaknya bisa mendapat keuntungan Rp.100.000,- hingga Rp.200.000,- bila kondisi produksi dalam keadaan normal, namun saat ini keuntungan yang didapat tidak lebih dari Rp.100.000,-

“Kita sudah empet-empetan, karena bahan bakunya naik makin mahal, kita berusahan tekan semaksimal mungkin untuk menghemat” jelas Mulyani.

Sementara itu, Sholikin produsen tempe lainnya merasa cemas, jika harga kedelai terus melambung, hingga akan mengancam usahanya gulung tikar, dirinya dan sejumlah produsen tempe lainnya berharap pemerintah memberikan subsidi kedelai untuk usaha mikro

“Kami berharap produsen kecil kayak kami ini, dapat subsidi dari pemerintah, waktu harga kedelai naik dulu kita disubsidi, sekarang tidak” terangnya

Sejumlah produsen tempe ini pun mengaku, mereka menggunakan kedelai impor, lantaran lebih bagus kwalitasnya lebih besar dan lebih putih, sedangkan kedelai lokal kecil dan agak kehitaman

“Kami jarang menggunakan kedelai lokal lantaran kurang bagus warnanya dan agak kehitam-hitaman, jika dibuat tempe, jadi kami menggunakan kedelai impor, disamping lebih bagus lebih menguntungkan” pungkas Sholikin (Pul)

/