Ironi : Tentangga Raksasa BUMN Tuban, Hidup Se – Rumah Dengan Kambing

528

kabartuban.com – Sabtu (21/4). Dia adalah Darsih. Wajah janda 3 anak ini tak semuda usianya. Di usia 48 tahun, wajahnya menggoreskan rupa 60 tahunan. Himpitan ekonomi membuatnya rapuh berpikir dan lemah menghadapi roda kehidupan. Di tengah hiruk – pikuk aktifitas Industri “BUMN” di desanya, Darsih bertahan dengan kehidupan yang jauh di bawah kata cukup. Menjadi tetangga raksasa BUMN tidak membuatnya ikut sejahtera.

Di desa Sumber Arum Kecamatan Kerek, Darsih tinggal bersama 1 (satu) putri dan ke 2 (dua) putranya. Semenjak suaminya meninggal sekitar 8 tahun yang lalu, Darsih mulai menatap hidup dengan penuh keringat dohir dan batin. Hari – harinya lelah tak terbantahkan. Di dalam “gubuk” berukuran 3 X 4 itulah Darsih tinggal, dan di dalamnya tidak jelas mana dapur, mana ruang tidur, mana ruang tamu, bahkan di balai utama terdapat 2 ekor kambing dan rerumputan makanan kambing tersebut.

“Ya beginilah kehidupan saya mas, sejak suami saya meninggal, saya tidak bisa berbuat apa – apa”, dengan kalimat lusuh Darsih menuturkan jeritan hatinya lirih. Sesekali perempuan desa itu memandang kosong. Seperti ada ribuan harapan yang telah membeku bagai batu.

Darsih juga menceritakan bahwa dari ke 3 (tiga) anaknya, tidak satu pun yang berpendidikan cukup. Putranya yang pertama, Darmu putus sekolah sewaktu kelas 5 SD. Begitu pula putrinya, Warti tidak dapat menikmati bangku sekolah. Di susul si bungsu Darsum yang juga bernasib sama tanpa pendidikan.

“Anak saya kadang kerja kadang tidak mas, tidak mudah cari kerja. Apalagi tidak sekolah. Paling – paling kalau ada proyekan, ikut sebagai tenaga kasar”, ungkapnya. Mengenai BUMN yang ada di desa tersebut, Darsih mengaku tidak pernah mendapat bantuan apa – apa. “Kalau saya dapat, saya pasti ngomong mas. Jenengan bisa lihat sendiri keadaan saya di sini. Saya nggak bohong”, tandasnya.

Lebih lanjut Darsih mengatakan, “Fisik saya lemah mas, tidak bisa kerja apa – apa. Menjadi buruh tani saja tidak mungkin kuat”.

Dari sebagian tentangganya, kabartuban.com mendapat informasi bahwa memang benar keadaan Darsih demikian. Dan untuk kesehariannya menunggu uluran tangan dari orang – orang yang simpatik saja. Ketika kabartuban.com menanyakan kepedulian dari aparat desa setempat, tidak ada yang bisa menjawab. Kabartuban.com juga mencoba menghubungi Ciptono kepala desa Sumber Arum, namun nomor telpon yang kami hubungi tidak ada jawaban.

Darsih hanya salah satu yang terlihat dari sekian penduduk miskin di daerah tersebut. Perjalanan kabartuban.com di hari Kartini ini, diperlihatkan realitas sosial yang sangat memperihatinkan. kabartuban.com terus mengorek keterangan dari beberapa warga setempat.

Mengenai keberadaan BUMN di desa setempat yang telah berdiri hampir 20 tahun, informasi yang di dapat dari warga menyebutkan bahwa memang ada bantuan dari pihak perusahaan tersebut berupa sembako 1 tahun sekali menjelang hari raya. Begitu juga untuk anak yatim dikumpulkan 1 tahun sekali dan diberikan uang saku 100 ribu. Termasuk program yang diberlakukan BUMN tersebut adalah bedah rumah, namun masih di bawah standart.

Dari pihak pemerintah juga belum ditemukan data – data yang cukup mengenai bentuk kepeduliannya. Yang tampak hanya program RASKIN yang masih berjalan.

Persoalan sosial memang tidak pernah ada habisnya. Masih banyak Darsih – Darsih yang lain, yang perlu perhatian lebih. Sebagai warga Negara yang berhak mendapatkan perhatian dan dilindungi undang – undang. Industrialisasi yang mengeruk dalam Sumber Daya Alam setempat, tidak mampu menjadi jalan tengah guna memompa kesejahteraan masyarakat.” Tampak jelas Kapitalisme sudah menggurita di bumi ronggolawe ini”, turur salah satu warga yang tidak mau disebut namanya.

Hari ini, Darsih tidak bisa banyak bicara. Kedatangan kabartuban.com  disambut dengan ratapan jiwa dan ribuan harapan yang tidak bisa dikatakan. Langit – langit desa Sumber Arum semakin meredup. Di tengah perjalanan tampak jelas hiruk pikuk industri yang sedang dipertentangkan program sosialnya oleh banyak pihak. (Waf/iim)

/