“ Jeritan Kemarau Jamrud Khatulistiwa “

894

Oleh : Adinda Victoryah Wahyuningtyas
( SMA NEGERI 1 SUKODADI )

Merdeka…!! Merdeka…!! Merdeka…!!,
Dahulu kala tak seringan itu berteriak merdeka. Merdeka tak sekedar bahasa manis yang terucap dibibir saja tanpa adanya pengorbanan, perjuangan, dan pertumpahan darah yang mendasari terbukanya gerbang kesejahteraan.

Sudah teramat jauh bangsa UIndonesia berlayar. Silih berganti pemimpin menahkodai sejak layar kemerdekaan dikumandangkan. Begitu banyak yang telah diraih tapi sesuatu yang dikeluhkan masih belum terpenuhi, mungkin negara ini masih bersandar di pulau kepahitan.

Merdeka berarti bebas, Lepas, dan landas. Entah kenapa kebebasan atas segala sesuatu itulah yang membuat negara ter-eksotis ini belum sepenuhnya merdeka. Maksudnya dalam setiap kehidupan manusia bernyawa memiliki hak asasi penuh atas diri dan model kehidupannya sendiri-sendiri sehingga keegoisan pun turut menyelimuti. Manakah bukti janji kemerdekaan yang harus kita lunasi ??? Manakah bukti penerapan pancasila yang harus kita jalani ???

Seolah menjadi sebongkah tradisi, tampak begitu jelas rakyat kalangan bawah yang tak memahami apa-apa menjadi sasaran utama rakyat kalangan atas nan berpendidikan tuk dibodohi dari hari ke hari. Sebagian dari mereka yang menyalah gunakan kekuasaannya dengan bangganya berkeliaran di luar sana tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Permasalahan bangsa ini semakin terlihat lelap dalam keterpurukan, mulai dari perihal korupsi, pendidikan, keadilan, pudarnya semangat generasi muda dalam melestarikan warisan budaya bangsa masih menikam sebagian pikiran, serta kebisingan kalangan hebat semakin berkoar-koar. Lantas inikah makna kemerdekaan yang sesungguhnya ???

Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang memiliki panorama keelokan yang mewah dan kecantikan yang sempurna. Dengan segala keanekaragaman yang terdapat di dalamnya tentunya negara ini sangat membutuhkan generasi yang cerdas, berani dan kuat. Terutama energi positif dan kemampuan serta kreativitas anak bangsa masih perlu dioptimalkan.

Tahukah kalian bahwa aset terbesar kemajuan dalam sebuah negara adalah kualitas terbaik sumberdaya manusianya ?. Oleh karena itu, untuk mewujudkan kemajuan terbesar indonesia kita sebagai warga negara yang baik harus mengambil langkah terbesar yaitu berubah. Perubahan harus dimulai dari diri masing-masing individunya.

Dan perubahan itu harus didukung oleh banyak pihak dan sarana pendukung lainnya seperti dunia pendidikan. Karena untuk mewujudkan manusia yang hebat dan berkarakter jalan utamanya adalah berkembangnya akal sehat manusia secara optimal. Jadi segala sesuatu yang berbau pendidikan harus diutamakan.

Pendidikan sangatlah diperlukan dalam tercapainya kemajuan Indonesia menjadi Indonesia yang emas. Setelah pendidikan turut lekat dalam kehidupan rakyatnya, satu persatu batu sandungan permasalahan akan gugur sendiri dikemudian hari. Tak kan lagi ada tindak korupsi, keadilan bagi rakyat kecil pun akan terjadi, serta berkobarnya semangat 45 dari generasi muda akan mulai berkompetisi.

Realitas menunjukkan semangat belajar dan tindakan kritis terhadap suatu permasalahan masih belum tercukupi. Sikap menjiplak, monoton dan budaya ikut-ikutan masih menghantui. Kebiasaan kurang baik ini harus segera disadarkan. Mereka melakukan sebuah kesalahan tanpa memiliki keinginan untuk memperbaiki.

Sungguh sangat disesalkan, Negeri yang berlimpah sumberdaya alam maupun manusianya ini belum bisa mensejahterakan rakyatnya. Indonesia sangatlah membutuhkan kreator muda sebagai penggerak dan pengukir peradaban dunia, bukan hanya sekedar penikmat hasil kemajuan bangsa lain saja.

Maka, inilah poin sesungguhnya tulisan ini. Kemerdekaan yang hampir absolut akibat nilai-nilai baru moderenitas dan pencapaian teknologi mutakhir sebenarnya ialah sebuah dunia dongeng yang di permainkan oleh seorang dalang. Ketika kita sengaja atau tidak, berkehendak atau tidak, menyepakati dan menjalankan dengan teguh nilai-nilai baru, dengan kata lain menafikan, meninggalkan, bahkan mengkhianati nilai-nilai luhur dan mulia yang ribuan tahun nenek moyang kita membangunnya.

Bagaimana kemudian kita bisa berdaulat atas diri kita sendiri, menjadi diri yang berbasis fondasi budaya yang kita miliki sendiri ? Tidak. Kita sekarang, mau atau tidak mau, harus menjadi orang lain. Yang Sunda tak jadi lagi Sunda, yang Jawa hilang Jawanya, yang Batak jadi keamerikaan, yang Manado keeropaan, yang ini kekoreaan, yang itu kejepangan, keindiaan, dan seterusnya.

Inilah kemerdekaan mutlak yang justru secara paradoksal menciptakan ketidak merdekaan, di dalamnya. Kebebasan yang secara langsung menciptakan perbudakan, dalam skema apa pun baik politik, ekonomi, hukum, budaya, dan peradaban

Jika kita sekarang berbahagia dan mendukung penuh dengan banyak inisiatif atas produk-produk kreatif anak muda, bahkan menaruh harapan besar kepada mereka, sebenarnya kita telah berupaya menumbuhkan generasi yang hebat dan kita telah memberikan tanggung jawab besar kepada mereka.

Lantas jika dewasa nanti mereka akan bersiap untuk masa depanya. Tidak menutup kemungkinan mereka berbuat kesalahan tapi dengan nasehat dan dorongan semangat dari orang tua serta lingkungan sekitarnya mereka akan dengan mudahnya berpijar di mata dunia. Jadi jangan sekali sekali menghentikan atau menghalangi kreasi dan imajinasi anak bangsa.

Wahai generasi muda tidakkah tergerak hati kalian dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dengan solusi terbaru ????, kapankah kalian menunjukkan kepada dunia apabila kemerdekaan Indonesia bukan hanya sekedar fiktif belaka ????? , Mari Kita Bersama-sama Mewujudkan Persatuan, Keadilan, dan Kesejahteraan!!!.

“Selamat Ulang Tahun yang ke-72 Indonesiaku, Semoga merah putih semakin bangga berkibar bebas di cakrawalamu.” (*)

/