Keseriusan Pemkab Kembangkan Kesenian Dipertanyakan

431
Yuni Lestari Dalang Perempuan Dari Kerek

kabartuban.com— Kendati telah berganti rezim, keseriusan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban dalam pembinaan dan pengembangan seni dan kebudayaan masih dipertanyakan. Sejumlah seniman malah menilai saat ini keseriusan Pemkab dalam hal ini semakin kecil. Terbukti dari semakin kecilnya anggaran yang dialokasikan untuk pembinaan seni dan kebudayaan. “ Tahun ini untuk pembinaan seni hanya dianggarkan Rp 75 juta, atau hanya 35 persen dari alokasi tahun kemarin,” jelas Sutardji, Kepala Seksi Pembinaan Seni dan budaya Bagian Pariwisata Dinas Perekonomian dan Pariwisata Tuban.

Lantaran kecilnya anggaran tersebut, lanjut Sutardji, pihaknya tidak bisa melakukan pembinaan seniman dan kesenian secara maksimal. Jumlah seniman pun menurun drastis, demikian pula pementasannya. Tahun sebelumnya, jumlah seniman tercatat 800 orang, saat ini susut hingga tinggal 400-an seniman yang ditengarai masih eksis. Pementasan yang bisa digelar pun tinggal 6 kali pementasan, padahal tahun kemarin instansi tersebut mampu menggelar hingga 16 pementasan.

Sutardji memang sedikit menyayangkan dikeprasnya anggaran untuk pembinaan seni dan kebudayaan tersebut. Menurutnya, seni dan kebudayaan Tuban cukup potensial untuk dikembangkan, baik yanhg masuk golongan seni tradisional maupun modern. “ Seniman-seniman kita selalu mendapat tempat dalam setiap festival kesenian di Jawa Timur. Bahkan tingkat nasional pun kita cukup diperhitungkan,” kata Sutaardji.

Tetapi apa boleh buat. Sebagai pelaksana teknis penerus kebijakan Pemkab, Sutardji mengaku tidak bisa berbuat banyak. Ia mengaku terpaksa memutar otak untuk bisa mengelola anggaran yang minim itu dengan hasil yang tetap bagus.

Bagi pelaku-pelaku seni sendiri, kenyataan pahit tersebut jelas sulit diterima. Eko Kasmo, salah seorang pelaku seni yang dihubungi kabartuban.com, Senin (30/4), mengaku sangat kecewa dengan kebijakan anggaran yang diberlakukan Pemkab terhadap seni dan para senimannya. Eko Kasmo menilai, kebijakan seperti itu secara tidak langsung meminggirkan seni, terutama seni tradisional. “ Kami mati-matian berusaha menghidupkan seni dan kebudayaan daerah agar generasi berikutnya tidak kehilangan jejak dan kehilangan kepribadiannya, tetapi usaha ini ternyata tidak cukup dihargai,” keluh Eko Kasmo.

Seniman-seniman Tuban, kata Eko Kasmo, memiliki potensi luar biasa sebenarnya. Berbagai prestasi telah berhasil diukir para pelaku seni Tuban, baik yang berbasis tradisional maupun modern. Para seniman itu selain telah mengharumkan nama Tuban, juga menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke kadipaten yang konon warisan dari Rakryan Haryo Rangga Lawe ini. Menurut Eko Kasmo, daya tarik wisata bukan saja melulu tempat wisata, tetapi seni dan kebudayaan juga menjadi daya tarik wisata yang bahkan lebih besar nilainya ketimbang tempat wisata. “ Kalau mengejar pembuatan tempat-tempat wisata, kita sudah kalah dengan Batu, bahkan Lamongan. Yang bisa kita unggulkan adalah seni dan kebudayaan. Itu kalau Pemkab serius menggarap sektor wisata,” tegas Eko Kasmo.

Hal sama disampaikan Joko Wahono, SE, M.M, pengamat seni dan kebudayaan. Menurut Joko Wahono, sungguh sangat disayangkan apabila prestasi seniman Tuban yang demikian moncer di pentas kesenian Jawa Timur dan Nasional itu tidak diimbangi dengan kebijakan pemerintah setempat yang berpihak pada pengembangan seni dan kebudayaan. Menurut Joko Wahono, sudah selayaknya Tuban memiliki area khusus untuk pementasan karya-karya seni para senimannya seperti Taman Candhra Wilwatikta yang dimiliki Pemkab Pasuruan, Gedung Cak Durasim milik Pemkot Surabaya dan lainnya. “ Di sini memang sudah ada Gedung Budaya Loka. Tetapi gedung ini belum layak sebagai pusat kegiatan seni karena memang pembangunannya didesain sebagai gedung pertemuan, bukan sebagai gedung kesenian,” kata Joko Wahono. (bek)

/