Membangun Kepemimpinan Muda-Milenial Yang Cerdas, Aktif dan Progresif (Bagian 1/Bersambung)

823

Oleh: Khozanah Hidayati Sp.

“Beri aku sepuluh pemuda dan dengan kesepuluh pemuda itu aku akan mengguncang dunia. Dengan seratus pemuda, aku akan memindahkan Gunung Semeru.” (Bung Karno)

Ungkapan heroik di atas pernah dilontarkan Presiden Soekarno dalam suatu kesempatan berpidato di hadapan pemuda Indonesia. Soekarno menggambarkan dengan bahasa kiasan, betapa peran dan kehadiran pemuda sangat penting dalam sejarah panjang bangsa Indonesia. Dalam kesempatan lain Soekarno mengakui, tanpa peran pemuda perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia belum tentu tercapai.

Membolak-balik lembaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia, kita akan senantiasa menemui kisah-kisah perjuangan hebat yang dimotori kaum muda. Bermula dari gerakan Kebangkitan Nasional Budi Utomo (1908), Sumpah Pemuda (1928), Perjuangan Kemedekaan Indonesia (1945), menumbangkan rezim Orde Lama (1966), peristiwa Malari (1974), sampai penurunan paksa rezim Orde Baru (1998). Dalam peristiwa-peristiwa tersebut, peran pemuda mengambil posisi yang sangat penting.

Misalnya kita dapat menyerap energi muda dari para pahlawan bangsa seperti Soekarno, KH. Wahid Hasyim, Mohamad Natsir, Tan Malaka, Sjahrir, dan lainnya. Kepemimpinan mereka dimulai sejak usia sangat muda. Pekikan revolusi mereka gaungkan ke berbagai penjuru negeri hanya demi satu kata; merdeka dan berdikari. Bahkan pahlawan nasional yang lain seperti KH. Hasyim Asy’ari maupun KH. Ahmad Dahlan juga mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dalam usia yang relatif muda. Di usia 20-an atau 30-an, para tokoh-tokoh besar tersebut sudah mengabdikan dirinya bagi perjuangan bangsa.

Maka, tidak salah jika muncul anggapan bahwa perubahan besar dalam sebuah negara atau bangsa dimulai dari kalangan muda. Semangat muda adalah semangat perubahan, aktif, energik, penuh spirit, kreatif, visioner, pekerja keras, serta mempunyai nilai positif bagi kemajuan bangsa.

Maka, semangat positif yang melekat pada anak muda dalam setiap zaman harus tetap diwarisi oleh generasi milenial era sekarang. Termasuk juga semangat positif untuk terlibat aktif dalam politik. Sebab, dunia politik adalah dunia pengabdian dan medan perjuangan untuk menciptakan kebangkitan bagi bangsa di segala bidang. Politik merupakan arena untuk menyalurkan aspirasi dan memperjuangkan aspirasi tersebut agar terwujud dalam bentuk kebijakan pemerintah.

Apabila generasi muda di zaman dahulu berjuang demi bangsa dan tanah air dengan mengangkat senjata di medan perang menghadapi Belanda maupun Jepang, generasi muda saat ini juga harus tetap berjuang demi bangsa dan negara dengan cara yang berbeda. Perang fisik dan senjata telah usai, namun perjuangan untuk memajukan bangsa harus tetap berjalan. Salah satu jalan atau instrument perjuangan membangun bangsa di era milenial ini adalah melalui jalur politik.

Tentu, jalur politik di sini bukan berarti semuanya harus terjun dalam politik praktis atau masuk parpol, menjadi caleg dan seterusnya. Makna dari kalimat “anak muda bisa menggunakan politik sebagai jalur perjuangan,” adalah anak-anak muda milenial tidak boleh apatis terhadap politik. Mereka harus peduli dan selalu update dengan isu-isu politik terkini. Dengan kata lain, anak muda sekarang tidak boleh lagi malas atau bahkan benci politik.

Sebab, politik itu bagaikan udara. Suka atau tidak suka, kita tetap membutuhkan udara untuk hidup. Demikian halnya dengan politik, suka atau tidak suka, kita tetap membutuhkan politik dalam keseharian kita. Karena, naik turunnya harga beras, minyak, gula di dapur rumah, tarif harga kuota internet untuk browsing dan chatting, harga Bensin Pertalite/Pertamax, harga barang-barang di mall, tarif parkir motor, maupun tarif pesan Gojek/Go-Food sedikit banyak dipengaruhi oleh kebijakan politik dan kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah.

Apalagi, dengan peduli (aware) dengan isu-isu politik kita bisa belajar banyak hal. Misalnya, belajar mengenai kepemimpinan (leadership), kerja tim dalam organisasi (team work), kolektifitas (kesetiakawanan), pentingnya memagang teguh prinsip/nilai perjuangan (ideologi), belajar berkomunikasi dengan publik (teknik lobi dan negosiasi), maupun belajar untuk secara cepat dan tepat dalam mengambil keputusan, dan sebagainya. Maka dari itu, sudah saatnya anak-anak muda zaman now mengambil tanggung jawab dan peran positif dalam berkontribusi terhadap perbaikan sistem politik di Indonesia maupun di daerah.

Sudah saatnya generasi milenial melek politik. Sudah saatnya Yang Muda Bersuara. Sudah waktunya yang muda menentukan sikapnya. Dengan tetap menjadi generasi milenial yang MUDA-BEDA-GEMBIRA. (Bersambung)

/