Pemerintah Dinilai Belum Miliki Kepedulian Prestasi Atlet

947
Cahyo Utomo sang pembalap Nasional asal Desa Guwoterus Kecamatan Montong Tuban saat berlaga. (Foto : Cahyo Utomo)

kabartuban.com – Rumah sederhana di sisi Jalan Kecamatan Montong menuju Singgahan, tepatnya di Desa Guwoterus, nampak tidak jauh berbeda dengan bangunan lain di desa tersebut. Yang membedakan hanya rumah ini adalah ruang tamunya.

Diruang rumah ini hampir dindingnya dipenuhi dengan sertifikat dan piagam penghargaan yang diraih oleh seorang pemuda  pembalap Motor Cross Nasional anak dari Suripto. Tidak hanya itu, disudut ruang tamu terdapat etalase juga penuh dengan tropi pengharagaan, beberapa diantaranya bertuliskan juara dua dan juara satu.

Tidak banyak yang tahu prestasi pemuda kelahiran 2 Februari 94 ini, karena memang prestasinya tidak banyak dipublikasikan, bahkan oleh pemerintah setempat. Pemuda ini lebih dahulu terkenal dimedia nasional karena prestasinya yang cukup membanggakan.

Cahyo Utomo, nama pemuda itu, hanyalah satu dari sekian banyak pemuda tuban yang dapat dikatakan belum diakui kemampuanya oleh pemerintah daerah karena minimnya perhatian pemerintah pada potensi warganya.

Bapak Cahyo,  Mbah Surip -panggilan akrab Suripto- mengatakan, Kabupaten Tuban dinilai tidak memiliki kepedulian cukup baik terhadap prestasi pemuda daerah, terbukti, sejak 2009 anaknya yang mulai menggeluti olahraga ini dan mengikuti kompetisi di berbagai tingkat kejuaraan dengan membawa nama harum Kabupaten Tuban tidak diperhatikan sama sekali.

“Kami tidak menuntut apa-apa, kami hanya ingin ada pengakuan, ngomong bawa harum nama daerah, kurang apa di tingkat Nasional, bahkan anak saya ini saya embel-embeli nama Ranggalawe Tuban karena cintanya saya sama daerah ini,” kata Mbah Surip.

Menurut Mbah Surip, hingga tercatat sebagai pembalap Nasioal sejak 2015 lalu, putra keduanya ini belum sekalipun mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah. Baik berupa pembinaan atau lainya sebagai bentuk kepeduian daerah terhadap prestasi anaknya.

Sempat beberapa tahun lalu mencoba pendekatan dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Tuban, hasil kejuaraan dan prestasi juga dilaporkan ke sana. Sayangya meski berprestasi perhatian pemerintah tetap tidak ada.

“Dulu pernah melapor ke KONI, tapi ya lapor-lapor saja gak ada ujungnya, sekarang sudah malas kesana,” katanya.

Karena sering diwawancarai Media Nasional, Mbah Surip terkadang mengaku dilema, pasalnya seringkali Media Nasional menanyakan soal perhatian pemerintah daeah terhadap prestasi gemilang putranya. Dia mengaku hanya diam takut salah saat menjawab, sementara jika dijelaskan dengan kondisi sebenarnya takut dibilang menjelek-jekelan daerah.

“Pembalap asal daerah lain sangat diperhatikan daerahnya, kalau pertanyaan itu disampaikan ke saya ya…saya tutupi lah,”  katanya.

Sementara itu Cahyo Utomo sang pembalap Nasional menceritakan, kegemaranya dengan motor kros muncul sejak dirinya masih duduk di bangku kelas dua Sekolah Menengah, saat itu hanya ikut dan melihat saat beberapa kawanya menggunakan motor modifikasi. Dari situ muncuk keingian mencoba, hingga akhirnya orang tuanya membelikan semuah motor modifikasi.

“Darisana saya mencoba ikut kompetisi, kompetisi pertama saya di FFA Lokal Kabupaten Tuban juara dua tahu 2009,” katanya. (Luk)

/