kabartuban.com – Mengenang tujuh hari pembantaian aktivis lingkungan anti tambang Salim Kancil dan Tofan di Lumajang, sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Tuban, menggelar aksi solidaritas turun ke jalan dan mendesak kepolisian Republik Indonesia agar mengusut tuntas kasus yang diduga melibatkan mafia tambang dan oknum aparat penegak hukum tersebut, Sabtu (3/10/2015).
Aksi solidaritas digelar dengan melakukan longmarch menyusuri jalan protokol, dan melakukan orasi di bundaran patung depan kantor DPRD Kabupaten Tuban.
Dalam orasinya, mahasiswa mengecam kejadian yang menimpa Salim dan Tosan di lumajang, yang dibantai sekelompok orang karena menolak keberadaan tambang pasir besi yang beroperasi di tempat tinggalnya.
“Kami mendesak kepolisian agar mengusust tuntas kasus pembantaian Salim Kancil dan Tosan, karena diduga melibatkan mafia tambang dan oknum aparat penegak hukum. Agar hal itu tidak terjadi di kabupaten Tuban, kami juga meminta pemerintah daerah Tuban untuk melakukan sidak ke beberapa area tambang yang terindikasi ilegal,” kata Nabrisi Rohid, koordinator mahasiswa.
Dalam kesempatan tersebut, aktivis mahasiswa GMNI tersebut juga menyuarakan bahwa, Potensi konflik pertambangan di Tuban sangat tinggi. Mengingat, daerah di Kabupaten Tuban merupakan daerah tambang. Dan banyak perusahaan tambang yang mengeksploitasi sumber daya alam (SDA) yang ada di Tuban. Sehingga, hal tersebut sangat berpotensi sekali adanya konflik.
”Kami meminta kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban untuk melakukan sidak di daerah-daerah untuk mengidentifikasi tambang-tambang yang terindiksi ilegal. Sehingga, kejadian yang ada di Lumajang gara-gara tambang seorang aktivis lingkungan tewas akibat dianiaya oleh mafia tambang, tidak terjadi di Tuban,” ucap koordinator aksi.
Dalam aksi ini mahasiswa juga membagikan selebaran berisi tuntutan kepada pengguna jalan yang melintas. Diharapkan kasus serupa tidak kembali terjadi di Indonesia. (af/im)
