Sumur Kramat Bejagung

9
Aang Sutanto salah satu keturunan dari pembuat sumur yang akan membersihkan ke dalam sumur

kabartuban.com – Warga Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban memiliki tradisi unik yang dilakukan di setiap dua tahun sekali. Mereka bergotong-royong membersihkan dasar Sumur Syekh Asy’ari yang selam ini di kramatkan oleh masyarakat Tuban.

Sumur yang sudah berumur ratusan tahun ini, boleh dibersihkan hanya keturunan dari Mbah Pamor, orang yang merupakan penggali sumur itu sendiri.

“Saya sudah ketiga kali ini, sebelumnya ya Pak De dan Pak Lik (Paman) saya, dari keturunan mbah Pamor,” kata Aang Sutanto kepada awak media.

Sumur yang memiliki giling (kail) dari batang kayu yang diperkirakan sudah puluhan tahun ini, menjadi daya magnet tersendiri bagi para pengunjung yang datang untuk mengambil airnya.

Mayoritas masyarakat mempercayai, airnya memiliki kelebihan tersendiri dan para pengunjung atau masyarakay bisa digunakan untuk pengambilan sumpah atau untuk arena sumpah pocong.

Sumpah tersebut biasanya terkait tuduhan sesorang untuk mengetahui jawaban atas kebenaran. Sehingga, tidak jarang jika masyarakat ada sesuatu masalah atau tuduhan (fitnah, red) dari orang lain, maka biasanya menggunakan air tersebut untuk mencari jawaban.

“Air yang berasal dari sumur, sempat dijadikan orang untuk sebagai perantara pengambilan sumpah, dengan cara meminum air itu,” terang pria yang juga menjabat Kepala Desa setempat ini.

Tidak hanya itu, para peziarah yang datang kesitu bisa di pastikan membawa air untuk di bawa pulang, bahkan bisa antri jika pengunjung ramai. Hal tersebut di gunakan untuk berbagai keperluan, seperti pengobatan serta berbagai keperluan lainnya.

Untuk mendapatkan air itu, butuh sebuah perjuangan karena peralatan yang di pakai masih bersifat tradisonal atau dengan cara menimba. Hanya di sediakan alat katrol yang terbuat dari kayu dengan tali untuk menarik ember yang berisi air ke atas. Butuh sekitar tiga sampai empat orang untuk menggerakkan katrol untuk mendapatkan air pada sumur giling itu.

Sementara itu, pada malam hari Jum’at Wage dan Jum’at Kliwon, bisa di pastikan ramai pengunjung di lokasi itu. Mereka datang dengan berbagai kepentingan tertentu, semisal agar bisa lepas dari kesialan, mendapat selamat, dan mendapatkan keberkahan rejeki, serta beberapa lainnya.

“Kamis Pon dan Jumat Wage banyak peziarah yang datang,” tambahnya.

Acara bersih sumur tua tersebut di lakukan, sebelumnya ada prosesi manganan sebanyak enam kali, dan ditutup acara terkahir bersih sumur.

“Ada juga acara barikan yang digelar di Pendhapa kantor desa,” tambahnya.

Selain itu, siangnya sekitar pukul 13:00 WIB warga setempat berkumpul, melakukan manganan berupa dawet dan nasi tumpeng. Dua hal tersebut merupakan syarat mengikat kehidupan.

Sebatas diketahui Sunan Bejagung sendiri adalah Sayyid Abdullah Asy’ari bin Sayyid Jamaluddin Kubro. Beliau adalah adik Sayyid Maulana Ibrahim Asmoroqondi atau ayah Sunan Ampel atau kakek dari Sunan Bonang. (Dur/Rul)

/