Tuban Masuk Dalam Kelas Tinggi Wilayah Rawan Bencana

623
Foto : Ilustrasi

kabartuban.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tahun 2013 menyatakan tren bencana alam masih akan didominasi jenis bencana hidrometeorologi, yakni bencana yang dipengaruhi oleh aspek cuaca seperti banjir, tanah longsor, puting beliung dan kekeringan.

“Nilai indeks risiko bencana untuk Kabupaten Tuban mencapai skor 175. Skor tersebut termasuk kelas risiko bencana tinggi, bahkan wilayah Tuban menempati urutan 145 dari 496 Kabupaten / Kota se-Indonesia yang rawan terhadap risiko bencana,” terang Asisten Pemerintahan Sekda Tuban, Achmad Amin Sutoyo kepada Kabartuban.com, Sabtu (24/9/2016).

Amin melanjutkan, bencana hidrometeorologi menyumbang sekitar 80 persen dari semua kasus bencana yang ada. Bencana tidak hanya disebabkan faktor iklim, namun juga diperparah oleh degradasi lingkungan dan pertambahan jumlah penduduk.

“Untuk itu, upaya pencegahan banjir harus segera dilakukan seperti contoh  dengan kerja bakti membersihkan saluran air, melaksanakan kegiatan 3M (menguras, menutup, menimbun) benda-benda yang dapat menjadi sarang nyamuk, membuang sampah pada tempatnya, menyediakan bak penyimpanan air bersih,” jelasnya.

Menurut Amin  bencana hidrometeorologi di Tuban terjadi karena Bumu Wali  dilalui oleh Bengawan Solo di mana keberadaannya selain memberi manfaat bagi perkembangan pertanian di sekitar daerah aliran sungai, juga merupakan potensi ancaman terjadinya banjir akibat luapan air bengawan solo ,yang saat ini seolah menjadi kejadian rutin tahunan yang harus dihadapi bersama.

“Selama ini pemahaman yang ada disebagian besar masyarakat adalah bahwa upaya penanggulangan bencana hanya ada pada saat terjadi bencana. Tapi ini tidak tepat, karena penanggulangan bencana merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari mulai tahap sebelum, saat terjadi dan setelah terjadinya bencana,” pungkasnya.

Selain itu, lanjutnya, kondisi geografis yang memiliki pegunugan kapur juga memiliki potensi ancaman terjadinya banjir bandang, bahkan dalam tiga tahun terakhir kejadian bandang lebih sering terjadi dibandingkan kejadian banjir akibat luapan air sungai terpanjang di pulau Jawa itu.

Amin menambahkan, untuk mengurangi risiko bencana dan potensi kerugian ekonomi akibat bencana di masa yang akan datang, perlu dipromosikan Gerakan Nasional Pengurangan Risiko Bencana. Gerakan ini akan menjadi bagian dari komitmen untuk melaksanakan revolusi karakter bangsa, yang salah satunya adalah dengan menciptakan budaya aman (Safety Culture). (har)

/