Watu Tiban yang Melegenda Cikal Bakal Nama Tuban

2982
Batu Tiban yang berada di belakang Musium Kambang Putih dianggap sebagai awal nama Kota Tuban.

kabartuban.com – Tuban konon nama sebuah pelabuhan yang sangat terkenal di zaman kerajaan hingga masa penjajahan. Namun, nama Kota Tuban hingga kini masih simpang siur.

Banyaknya julukan yang disematkan pada kota ini diambil dari ciri khas kota tersebut, seperti Tuban Bumi Wali, karena di wilayah ini banyak disemayamkan aulia yang dianggap sebagai wali Allah, Tuban Bumi Ronggolawe, merujuk nama bupati yang sangat terkenal dan gagah di jaman Kerajaan Majapahit. Tuban, Kota Toak, karena banyaknya masyarakat yang menjadikan buah siwalan sebagai minuman Toak. Tuban, Kota Seribu Goa, karena di wilayah ini terdapat ribuan goa.

Asal mula nama kota Tuban banyak diyakini oleh masyarakat setempat berasal dari kata “Watu” yang berarti batu, dan “Tiban” yang berarti jatuh. Watu Tiban ini dapat ditemukan di halaman belakang Museum Kambang Putih yang terletak di Jalan Kartini No 3, Kota Tuban.

Menurut Rony Firman Firdaus, pembimbing edukatif Musium Kambang Putih Tuban, Watu Tiban adalah salah satu icon terkenal dan bersejarah di Museum Kambang Putih setelah Kalpataru.

Watu Tiban adalah sejenis batu dengan ukuran besar dan berbahan andesit atau batu sungai. Batu tersebut terletak di belakang halaman Museum Kambang Putih. Di sana terdapat dua “Watu Tiban” dengan ukuran yang berbeda. Konon , “Watu Tiban” tersebut menjadi icon bersejarah karena dalam cerita legendanya dua batu tersebut menjadi asal mula nama Tuban. Namun terdapat dua versi cerita yang berbeda dari batu tersebut.

“Legendanya kan, kedua batu itu dibawa dari Majapahit ke Demak oleh burung Bangau,. Sampai di atas hamparan perbukitan kapur dijatuhkan. Jatuhnya batu itu mereka sebut Watu Tiban dan akhirnya tempat jatuhnya Watu Tiban itu mereka sebut Tuban. Istilah ini diambil suku terakhirnya jadi tu-ban. Itu cerita yang sifatnya irrasional” terang Rony.

Di sisi lain, lanjut Rony, jika dilihat dari bentuk batunya bisa disimpulkan, batu tersebut adalah batu Yoni. Yoni adalah pasangan dari Lingga. Lingga sendiri adalah simbol dari Dewa Siwa dan Yoni adalah simbol dari Dewi Parwati istrinya.

“Jadi orang Hindu dulu mujanya Dewa Siwa dan Dewi Parwati, jadi batu itu fungsinya untuk media pemujaan,” jelasnya.

Masih jelas Rony, batu besar yang diberi nama “Watu Tiban” tersebut belum diketahui tepat tanggal berapa batu tersebut berada di halaman belakang Musium Kambang Putih. Pasalnya memang dari awal sudah berada di belakang Museum Kambang Putih dan belum berpindah tempat.

Tidak hanya sebagai icon menarik di museum, batu tersebut juga dianggap keramat bagi beberapa masyarakat yang menganggapnya memiliki sifat mistis.

Menurut Rony, beberapa masyarakat juga kerap mendatangi museum untuk keperluan pribadi seperti nyekar dan membawa hajat-hajat tetentu.

“Kadang ada yang ke sini untuk pengobatan, ada yang pengen anaknya lulus ujian, ada juga yang mau daftar PNS, polisi maupun tentara biar lolos test,” imbuhnya.

Namun dengan adanya kejadian tersebut, pihak museum sudah berulang kali memberi pengarahan kepada masyarakat yang mempercayai hal mistis untuk tidak meneruskan keinginannya menyekar di batu tersebut.

“Kadang masyarakat yang datang ke sini dengan tujuan untuk menyekar sudah saya kasih tahu kalau itu media pemujaan orang hindu, tapi kadang masih ada yang ngotot tetap ingin nyekar,” pungkasnya.(dil)

/