India Akan Luncurkan Satelit ke Matahari untuk Meneliti Sumber Cahaya

20
India akan meluncurkan roket ke luar angkasa untuk meneliti Matahari dan sumber cahaya serta atmosfernya dengan misi misi Aditya L-1

kabartuban.com – Setelah berulang kali tertunda karena Pandemi Covid-19, India akan meluncurkan misi Aditya L-1 pada Juni atau Juli 2023 untuk mengamati Matahari.

Institut Astrofisika India pada Kamis (2/2/2023) menyerahkan muatan utamanya ke Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO) untuk diintegrasikan dengan muatan lain di atas satelit yang dimana satelit tersebut akan dibawa oleh roket India bernama Kendaraan Peluncur Satelit Polar, kata ketua ISRO S Somanath dalam upacara pada Kamis.

“ISRO bertujuan untuk memainkan peran penting dalam eksperimen sains masa depan di luar angkasa dan ekosistem perlu dibuat untuk itu, termasuk peta jalan (roadmap),” jelasnya, dilansir dari kompas.com.

Muatan yang diserahkan pada Kamis disebut Visible Emission Line Coronograph (VELC) yang berbobot 90 kg akan menjadi muatan utama di antara tujuh muatan yang dirancang mempelajari berbagai aspek Matahari seperti atmosfer, percepatan angin Matahari, dan asal lontaran massa koronal.

Untuk mendapatkan pandangan Matahari yang tidak terhalang dan terus menerus, satelit akan menuju titik L1 atau Lagrange antara Matahari dan Bumi. Titik Lagrange yang berjumlah lima disebut sebagai tempat parkir ruang angkasa, karena tarikan gravitasi Matahari dan Bumi sama dengan gaya yang dibutuhkan untuk mempertahankannya di orbit.

Baca Juga: Knalpot Sitaan Satlantas Polres Tuban Disulap Jadi Patung Kuda Gagah

TK Al-Qur’an Plus Baik Komitmen Tanamkan Pendidikan Karakter pada Anak Didiknya

Jadi, sebuah satelit dapat tetap berada di titik Lagrange di antara dua benda langit mana pun tanpa menghabiskan bahan bakar.

VELC, yang dikonseptualisasikan dan dirancang dalam 15 tahun, dapat membantu memecahkan salah satu teka-teki utama astrofisika Matahari, yakni mengapa atmosfer Matahari yang disebut korona sejuta derajat panasnya padahal permukaannya hanya lebih dari 5.700 derajat Celsius?

Baca Juga: Dikenal sebagai Bulan Mulia, Berikut Alasan di Balik Penamaan Bulan Rajab

Periksa 7 Anggota DPRD Jatim, KPK Usut Proses Distribusi Dana Hibah

Untuk menjawabnya, para ilmuwan harus mengamati korona langsung dari bagian paling bawah ke atas, yang sulit dilakukan karena cahaya terang yang memancar dari permukaan Matahari. VELC dapat mencitrakan korona Matahari hingga 1,05 kali radius Matahari, yang merupakan citra terdekat dari muatan semacam itu. VELC juga dapat mengambil pengamatan ini kira-kira tiga kali setiap detik dan dengan resolusi tinggi 2,5 detik busur per piksel.

“Tidak ada koronagraf Matahari lain di luar angkasa yang memiliki kemampuan mencitrakan korona Matahari sedekat mungkin dengan piringan Matahari seperti yang dapat dilakukan VELC,” kata Prof Raghavendra selaku peneliti utama VELC. “Ia dapat mencitrakannya sedekat 1,05 kali radius Matahari, juga dapat melakukan pencitraan, spektroskopi, dan polarimetri pada saat yang sama, dan dapat melakukan pengamatan pada resolusi (tingkat detail) yang sangat tinggi dan berkali-kali dalam satu detik.” (mel)