Korban Tewas Leptospirosis di Jatim Jadi 9 Orang, Terbanyak di Pacitan

36
Ilustrasi pasien yang dirawat karena terjangkit penyakit akibat bakteri dari kencing tikus.

kabartuban.com – Masyarakat Jawa Timur diminta mewaspadai Leptospirosis atau penyakit yang disebabkan akibat bakteri kencing tikus karena sudah terpantau terdeteksi di beberapa daerah di provinsi itu.

Dilansir dari cnnindonesia.com, total kasus Leptospirosis atau penyakit yang disebabkan kencing tikus di Jawa Timur, kini telah menginfeksi 249 orang. Sembilan di antaranya meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Jatim, dr Erwin Astha Triyono mengatakan penyakit itu sudah terdeteksi seperti Pacitan, Pasuruan, hingga Probolinggo.

Erwin mengatakan dari seluruh kasus leptospirosis yang pernah terjadi sebanyak 90 persen di antaranya bergejala ringan. 10 persen lainnya bergejala berat.

“90 persen itu leptospirosis ringan. Hampir sama dengan gejala-gejala flu lainnya. Tetapi 10 persen lainnya itu bisa menjadi berat,”ungkapnya, Selasa (07/03/2023).

Erwin menyebut bila muncul keluhan gangguan kencing, gangguan nafas, muntah dan mata merah, masyarakat diminta untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit.

“Jadi kalau ada keluhan-keluhan kuning, gangguan kencing, gangguan nafas sudah dimulai kemungkinannya leptospirosis. Sehingga ketemu lebih dini diharapkan penanganannya jauh lebih baik lagi,” katanya.

Erwin mengatakan leptospirosis akan rentan menjangkit di musim hujan. Dan di daerah-daerah yang kumuh dimana di situ tempat terbaik untuk perkembangbiakan tikus.

“Dan kita tahu bahwa leptospirosis ini memang endemi di dalam tubuhnya tikus, khususnya di daerah ginjal dan saluran kencing,” katanya.

Sementara masyarakat yang paling rentan terinfeksi adalah pekerja yang berkontak dengan air. Seperti pekerja kebersihan, pekerja konstruksi dan petani.

“Yang paling mungkin adalah yang punya riwayat pekerjaan yang kontak dengan air-air yang tercemar. Makanya tadi saya bilang tukang sampah, petani, itu kan kakinya sering luka enggak pakai sepatu bot misalkan, itu rentan sekali tertular,” ujarnya.

Oleh karena itu, Dinkes Jatim pun terus menyosialisasikan agar masyarakat sadar dan menerapakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

“Kami sudah memberikan arahan dalam tanda kutip pola hidup bersih dan sehat, tetapi kalau masyarakat belum tertarik untuk melaksanakan ya kita kesulitan juga,” katanya.

Baca juga : Berikut Amalan yang Dianjurkan pada Malam Nisfu Sya’ban

Baca juga : Sorotan Jokowi soal Pro Kontra Putusan Pemilu Ditunda

Sementara itu Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyebut data Dinas Kesehatan Jatim, kasus Leptospirosis pada tahun 2022 ada 606 kasus leptospirosis. Sedangkan sampai dengan 5 Maret 2023 jumlahnya sudah 249 kasus.

Khofifah menyebut dari total 249 kasus, terbanyak terjadi di Kabupaten Pacitan dengan jumlah 204 kasus, 6 di antaranya meninggal dunia.

Selanjutnya Kabupaten Probolinggo sejumlah 3 kasus dengan kematian 2 orang, Kabupaten Gresik sejumlah 3 kasus, Kabupaten Lumajang sejumlah 8 kasus.

Kemudian Kota Probolinggo sejumlah 5 kasus dengan jumlah kematian 1 orang, Kabupaten Sampang sejumlah 22 kasus dan Kabupaten Tulungagung sejumlah 4 kasus.

“Kita harus waspada agar jangan sampai kita abai atas problem kesehatan ini. Leptospirosis bisa ditemukan setiap waktu, tapi kemungkinannya meningkat saat musim penghujan,” ujar Khofiah, melalui keterangan tertulisnya.

Khofifah menjelaskan meski memiliki gejala mirip DBD, Leptospirosis bukan disebabkan oleh virus, melainkan oleh bakteri Leptospira.

Penyakit ini bisa menyebar melalui urin dari hewan yang terinfeksi bakteri tersebut dan mengontaminasi lingkungan terutama di lingkungan yang terdapat genangan air dan kontak dengan kulit yang luka/mukosa.

Hewan yang terinfeksi bakteri ini tidak mati, namun pada manusia bisa menyebabkan kematian. Penyakit ini bisa juga menyebar melalui air atau tanah yang sudah terkontaminasi urin hewan terinfeksi.

“Diketahui, hewan pembawa bakteri leptospira antara lain tikus, sapi, babi, dan lain sebagainya, tetapi tikus merupakan penyebab utamanya,” ujarnya. (hin/mel)