kabartuban.com -Harapan warga menikmati infrastruktur berkualitas kembali pupus. Di tengah gencarnya pembangunan, sejumlah proyek bernilai miliaran rupiah di Tuban justru rusak dalam waktu singkat. Kondisi ini memunculkan pertanyaan serius, apa yang sebenarnya terjadi dengan kualitas pembangunan di daerah?
Hasil penelusuran menunjukkan lemahnya pengawasan masih menjadi persoalan kalasik yang terulang kembali. Minimnya kontrol dari konsultan, dinas teknis, hingga pengawasan eksternal membuka celah bagi penggarap dalam mengerjakan proyek secara tidak optimal, terutama di wilayah pelosok yang jauh dari pantauan pejabat.
Akibatnya, beberapa proyek infrastruktur yang baru saja rampung sudah mengalami kerusakan. Kondisi tersebut memunculkan dugaan penggunaan material tidak sesuai standar maupun pengerjaan yang tidak mengikuti spesifikasi teknis.
Salah satu contoh paling mencolok terjadi pada proyek peningkatan jalan dan pembangunan tembok penahan tanah (TPT) di ruas poros Desa Mander–Plajan, Kecamatan Tambakboyo. Proyek APBD 2024 dengan nilai Rp 1,1 miliar yang digarap PT Era Jaya Bersama itu kini jebol di berbagai titik, meski baru selesai pada November 2024
Jono, petani yang setiap hari melintas, mengatakan kerusakan tersebut telah lama dibiarkan. Warga bahkan terpaksa menandai titik jalan yang ambles dengan menanam pohon kecil.
“Sudah lama rusaknya, Pak. Kami beri tanda pakai pohon biar terlihat,” kata Jono.
Wahyudi, pengguna jalan lainnya, mengapresiasi pemerataan pembangunan di Tuban, namun menilai kualitas hasil pekerjaan tidak sebanding dengan anggaran yang digelontorkan.
“Jalan ini kami tunggu-tunggu. Tapi kok baru setahun sudah rusak, kerikilnya keluar semua,” keluhnya.
Selain itu, juga terdapat kejanggalan di Desa Plajan. Sebuah papan proyek DAK 2023 milik Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan tampak terpasang di batang pohon jati. Namun, fisik bangunan prasarana pertanian yang seharusnya dibangun tidak terlihat sama sekali di lokasi.
Kepala Dinas PUPR PRKP Tuban, Agung Supriyadi, menyebut tim UPTD telah melakukan pemeriksaan dan menemukan penyebab utama kerusakan di ruas mander -Palajan berasal dari kendaraan bermuatan berat yang kerap melintas.
“Sudah diperiksa. Penyebabnya kendaraan dengan muatan berat. Ke depan akan diperkuat lagi,” jelas Agung.
Meski demikian, masyarakat berharap pemerintah memperketat pengawasan, terutama pada proyek yang berada jauh dari pusat kota. Warga menilai kualitas pekerjaan harus dijaga agar infrastruktur berumur panjang dan tidak menimbulkan beban biaya perbaikan berulang bagi APBD. (fah)



