 kabartuban.com – Nasib tak beruntung akibat cuaca juga menimpa petani garam. Sejumlah petani garam mengeluh lantaran tak bisa produksi akibat masih seringnya turun hujan sebulan terakhir. “ Seharusnya cuaca mulai panas. Tapi hujan masih sering turun terutama di wilayah selatan. Akibatnya sungai masih penuh air yang meluber ke tambak garam kami,” kata Kaswan, petani garam di Desa Peliwetan, Kecamatan Palang, Rabo (23/5).
kabartuban.com – Nasib tak beruntung akibat cuaca juga menimpa petani garam. Sejumlah petani garam mengeluh lantaran tak bisa produksi akibat masih seringnya turun hujan sebulan terakhir. “ Seharusnya cuaca mulai panas. Tapi hujan masih sering turun terutama di wilayah selatan. Akibatnya sungai masih penuh air yang meluber ke tambak garam kami,” kata Kaswan, petani garam di Desa Peliwetan, Kecamatan Palang, Rabo (23/5).Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban sendiri telah menetapkan Desa Pliwetan sebagai sentra industri garam, bersamaan dengan Desa Cepokorejo, Desa Leran Wetan dan Desa Ketambul, Kecamatan Palang, serta Desa Dasin dan Desa Tambakboyo, Kecamatan Tambakboyo. Total luas lahan produksi ditargetkan mencapai 258,9 hektar, sedang produksinya diharap mampu menembus 24.087 ton/tahun.
Menurut Anton Tri Laksono, Kepala Seksi Data dan Pelaporan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Tuban, potensi menjadi daerah penghasil garam bagi Tuban sangat besar. Bahkan bila dibanding Gresik, Tuban lebih berpeluang. Alasannya, ketersediaan lahan masih sangat cukup, sementara di Gresik lahan semakin menyusut seiring dengan perkembangan wilayah kota Surabaya. Ditambah lagi dengan kondisi pantai Tuban yang landai, sangat memudahkan aliran air laut ke daratan.
Hanya saja diakui, masih banyak kendala untuk peningkatan produktivitas petani garam di Tuban. Garam masih dipandang sebagai komoditi yang tidak banyak menghasilkan. Padahal peluang pasar masih terbuka lebar. “SDM petani juga jadi faktor penghambat. Garam lokal seringkali tidak terserap pasar lantaran mutunya dinilai masih di bawah standart. Ini jadi PR utama kami”, kata Anton Tri Laksono.
Memang sangat ironis, tambahnya, bila negara beriklim tropis dengan luas laut lebih besar dibanding negara lain, justru menjadi pengimpor garam. Ironisnya lagi, negara-negara pemasok garam tersebut justru negara yang secara geografis kurang cocok untuk produksi garam. “80 persen garam impor garam didatangkan dari Australia, 15 persen dari India dan China 3 persen”, jelas Anton Tri Laksono. (bek)
