Digitalisasi New Media dan Konsekuensi Masyarakat Informasi

851
foto ilustrasi : edu.au

Oleh : Ardyansah

kabartuban.com – Memperbincangkan media baru, terdapat periodisasi yang harus kita pahami perbedaannya. Yaitu apa yang oleh David Holmes dalam bukunya: “Communication Theory: Media, Technology and Society” sebut sebagai: First Media Age dan Second Media Age. Kedua istilah tersebut digunakan untuk menyebut periode media yang berbeda dimana First Media Age berkaitan dengan erabroadcast (media massa), sedangkan Second Media Age berkaitan dengan media lebih baru yang mengandalkan interaktivitas berbasis internet. Perbedaan antara keduanya dapat disimak sebagai berikut:

First Media Age (broadcast), 1. Tersentral (sedikit berbicara kepada banyak/ one to many). 2. Komunikasi satu arah, 3. Cenderung pada kontrol negara, 4. Instrumen bagi rezim stratifikasi dan ketidaksetaraan, 5. Peserta terfragmentasi dan dipandang sebagai suatu massa, 6. Memengaruhi kesadaran

Second Media Age (interactivity), 1. Tersebar (banyak berbicara kepada banyak/ many to many), 2. Komunikasi dua arah, 3. Menghindari kontrol negara, 4. Demokratisasi: memfasilitasi kewarganegaraan universal, 5. Peserta dipandang tetap bisa mempertahankan individualitas mereka, 6. Memengaruhi pengalaman individu tentang ruang dan waktu

Perkembangan media baru (new media) tak bisa lepas dari perkembangan teknologi informasi yang ditandai dengan digitalisasi. Perangkat dan prosedur analog mulai ditinggalkan dan bergeser kepada yang digital. Digitalisasi merupakan konsekuensi logis atas kebutuhan manusia yang menuntut aktivitas serba efisien, mudah, dan praktis. Digitalisasi juga mendorong terjadinya demokratisasi sebab perangkat komunikasi digital kini semakin terjangkau oleh masyarakat luas, sehingga siapapun bisa menyuarakan gagasannya tanpa mediasi lembaga media.

Perkembangan teknologi media baru memberikan kemudahan kepada para pengguna dalam mengoperasikan perangkat-perangkat komunikasi. Dari semula yang analog dengan operasional yang rumit, kini teknologi digital memungkinkan dikuasai bahkan oleh mereka yang awam sekalipun. Mekanisme Time ShiftingSpace Shifting, dan Format Shifting memungkinkan konten menjadi mudah dikendalikan oleh siapa saja.  Realitas ini memberikan konsekuensi pada pergeseran kebiasaan dalam menerima, mengolah, dan membagikan informasi. Siapapun kini dapat berbagi informasi tanpa harus memiliki kualifikasi tertentu atau bernaung dalam lembaga media tertentu. Kemudahan teknologi digital menjadikan individu dapat berperan sebagai penyampai berita (agen) dan mengaburkan definisi audiens.

Proses pengolahan informasi pada media sebelumnya banyak bergantung pada perangkat analog yang relatif rumit dan membutuhkan skill tertentu untuk mengoperasikannya. Untuk mendapatkan informasi melalui wawancara saja dibutuhkan serangkaian proses konversi data yang tidak bisa dibilang sederhana, tetapi dengan perkembangan teknologi digital, kegiatan news gatheringseperti merekam audio, video dan foto, hingga distribusinya bisa dilakukan melalui handset yang praktis.

Berkaitan dengan news production, dulu untuk mengedit atau menyunting video diperlukan peralatan yang mahal, rumit, dan susah dikendalikan kecuali oleh operator khusus yang memang sudah sangat menguasai bidang tersebut. Tetapi kini dengan tersedianya berbagai softwareediting yang mudah dijangkau dan relatif murah, maka kegiatan menyunting video dapat dilakukan secara lebih efisien.

Penggunaan teknologi yang merubah perilaku dan kebiasaan manusia termasuk dalam hal mendapatkan dan mengelola informasi, sejalan dengan gagasan Marshall McLuhan mengenai determinasi teknologi. Dimana McLuhan berpendapat bahwa kebudayaan manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi.

McLuhan membagi sejarah kehidupan manusia kedalam empat periode: 1) Pre-Agricultural Society2) Agricultural Society3) Industrial Society; dan 4) Information Society dimana masing-masing jaman ditandai dengan penemuan teknologi yang mempengaruhi arah peradaban manusia. Pendapat McLuhan ini juga diperkuat oleh Neil Postman (1992) yang mengatakan:

Perkembangan teknologi digital yang sedemikian cepat mempengaruhi perilaku masyarakat baik individu maupun lembaga dan komunitas yang mau tidak mau harus beradaptasi dengan perkembangan jaman. Meskpun teknologi bersifat netral dan sangat dipengaruhi individu pemakainya. Tetapi sebagai artefak, teknologi justru menentukan arah peradaban dan kebudayaan (Straubhaar, 2008:51)

Teknologi media baru menciptakan bukan sekedar “saluran” yang bersifat linear, tetapi lebih sebagai “lingkungan” tempat para agen informasi yang sekaligus audiens saling berinteraksi dan berkomunikasi. (ard/im)

/