Harga Sembako Meroket, Pedagang Resah Penjualan Menurun

115
Foto Ilustrasi Sumber: internet

kabartuban.com – Menjelang bulan Ramadhan, keresahan dirasakan para pedagang sembako di Pasar Baru Tuban. Ini diakibatkan oleh harga bahan pokok yang melonjak tinggi. Kenaikan harga sembako yang signifikan ini menyebabkan menurunnya kuantitas pembelian oleh konsumen.

Hal ini disampaikan oleh Ramiyatun, salah satu pemilik toko sembako di Pasar Baru. “Sekarang ini semua harganya naik, mbak. Beras, bawang, cabai, wes semuanya pokok e,” ucapnya saat wawancara oleh kabartuban.com di kiosnya, (22/02/2024).

Disebutkan oleh Ramiyatun, harga beras yang awalnya hanya seharga Rp10 ribu hingga Rp12 ribu kini menjadi Rp16 ribu hingga Rp18 ribu per kilogram. Begitu pula dengan bawang merah yang turut naik harga dari Rp20 ribu menjadi Rp30 ribu per kilogram.

Akibatnya, jumlah pembelian oleh para konsumen pun menurun. Dari biasanya membeli 1 kilogram, kini mereka hanya membeli ½ kilogram saja. Meski begitu, para pedagang tetap mempertahankan stok penjualan mereka, optimis bahwa stok tersebut masih akan tetap diminati karena merupakan kebutuhan dasar untuk memasak.

Ramiyatun sendiri menyampaikan jika kenaikan harga seperti ini sudah pernah terjadi, bahkan bisa sampai berbulan-bulan baru akan kembali normal.

Kepala Koordinasi Pasar Baru Tuban, Sukadi mengatakan dampak yang ditimbulkan dari kenaikan harga ini sangat besar. Karena suplai dari pemasok menurun, kenaikan harga begitu tinggi dan mengakibatkan tidak adanya peningkatan jumlah pembeli di pasar tersebut.

Pemerintah juga tak tinggal diam dalam menghadapi kenaikan harga tersebut, survei harian terus dilakukan guna memantau perkembangan harga.

“Oleh pemerintah disurvei setiap hari. Barang apa yang kurang, barang apa yang naik. Terutama bahan pokok,” ujar Sukadi kepada reporter kami.

“Dari pemerintah sudah setiap hari datang kemari juga, dari Bulog Jatim, kesini juga khusus beras,” tambahnya.

Bulog Jatim ikut turut membantu meringankan beban para pedagang warung di pasar dengan menurunkan harga suplai yang awalnya Rp10 ribu kini mendapat harga khusus menjadi Rp9500, pungkas Sukadi. (aza/zum)

/