Opini, kabartuban.com – Wilayah yang menjadi tanah kelahiran Sang Sunan Kalijaga di ujung barat Jawa Timur ini semakin masyhur di seantero jagad Nusantara. Bukan hanya karena berbagai macam cita rasa kuliner khas Tuban, karena ribuan makam Auliya’, dan bukan juga karena toak dalam centak yang melegenda. Namun menjadi daerah yang cukup diperhitungkan, juga karena sektor industrialisasi yang terus begerak maju di Tuban.
Dalam catatan Bappeda Tuban, setidaknya tercatat 66 perusahaan besar di Tuban mulai kelas menengah, nasional, hingga internasional. Sebut saja Semen Gresik, Holcim, Pertamina, PJB, TPPI, Pentawira, Gasuma Federal Indonesia, hingga perusahaan di bidang tambang dan perhotelan.
Tuban kini menjadi salah satu bidikan putaran industri nasional. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jawa Timur, Tuban beserta Lamongan dan Bojonegoro telah diproyeksikan sebagai Segitiga Emas pusat pertumbuhan industri di Jawa Timur.
Baca Juga : Tuban Masuk Dalam Segitiga Emas Pusat Pertumbuhan Industri Jatim
Bahkan yang terbaru dalam sektor industri adalah investasi mega proyek pembangunan kilang minyak yang dilakukan oleh Pertamina bersama Rosneft, perusahaan minyak asal Rusia. Industri besar yang terus tumbuh berkembang di Tuban ini tentunya memicu berbagai respon dari masyarakat.
Baca Juga : Mega proyek Pertamina Rosneft di Tuban
Kota yang pernah menjadi saksi sejarah kejayaan Majapahit ini telah menjadi “lumbung emas” dan menjadi “medan pertempuran” bebagai macam kepentingan dan ambisi. Bebagai macam bendera dan panji perindu kekuasaan pun mulai tampak berkibar.
Partai politik berjibaku membangun jaring pergerakannya. Seperti sebuah pertempuran, menggempur Kabupaten Tuban hingga ke pelosok-pelosok desa. Mulai dari Partai Poltik yang telah berkuasa, akan bekuasa, maupun partai-partai yang baru mimpi berkuasa.
Tidak hanya partai Poltik, berbagai Organisasi Masyarakat (Ormas) dan Yayasan “penadah” infaq shodaqoh pun tumbuh subur di Tuban. Dengan berbagai latar belakang pemikiran dan alasan, menjadi terlihat sangat lazim bagi banyak pihak untuk berlomba-lomba menguasai kekuasaan di Bumi Kalijaga ini.
Jika dulu Tuban punya figur yang sangat membagakan, putra asli Kadipaten Tuban yang tekenal dengan nama Sunan Kalijaga. Tidak berlebihan kiranya sebagian masyarakat Tuban sangat merindukan hadirnya Sunan Kalijaga baru yang mampu memberikan pencerahan dalam berbagai sektor kehidupan di Tuban.
Sosok seorang Sunan Kalijaga yang digambarkan sebagai seorang Wali Agung murid Sunan Bonang. Selain piawai dalam berdakwah, seorang Kalijaga juga mahir dalam menggerakkan politik nusantara dan cukup lihai dalam menggiatkan ekonomi umat dan menjamin kesejahteraan rakyat.
Apa jadinya jika “Sunan Kalijaga Reborn” hadir di tengah kondisi Tuban saat ini yang penuh geliat ekonomi, politik, sosial, dan budaya di Tuban. Rakyat Tuban rindu sosok pemimpin yang mampu mengayomi dan berjuang keras untuk kesejahteraan rakyatnya.
Masyarakat yang bersuara sumbang dengan hadirnya Industrialisasi di Tuban tentunya bukan tanpa alasan. Ketimpangan sosial dan kemiskinan hingga saat ini terhampar luas di Bumi Kalijaga, bahkan sejumlah kemiskinan tampak jelas di beberapa wilayah industri.
Kemudian menjadi berita yang cukup menghantam saat survey Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan adanya peningkatan kemiskinan dan Tuban berada di urutan ke 5 termiskin di Jawa Timur.
Baca Juga : Tuban masuk 5 besar daerah termiskin,
Tentunya tidak ada yang bisa serta merta disalahkan dalam kenyataan ini. Namun menjadi sangat berharga jika hal tersebut menjadi evaluasi bersama. Siapa pun yang telah berkuasa, akan berkuasa, maupun yang masih sekedar mimpi berkuasa, harus benar – benar tertancap pada dirinya bahwa kekuasaan bukanlah untuk kesejahteraan pribadi, golongan, maupun keluarga. Namun setiap kekuasaan yang diamanahkan oleh rakyat harus digunakan semaksimal mungkin untuk kesejahteraan rakyat. (im)
KOLOM JUMAT
Ditulis Oleh : Muhaiminsah (Pemimpin Redaksi kabartuban.com)