kabartuban.com – UMKM merupakan salah satu pendongkrak perekonomian di Indonesia. Dengan banyaknya UMKM yang ada, dapat menambah pendapatan Negara melalui Produk Domestik Bruto (PDB). Tidak dapat dipungkiri bahwa UMKM merupakan pilar terpenting dalam perekonomian di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM saat ini mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07% atau senilai 8.573,89 triliun rupiah. Kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia meliputi kemampuan menyerap 97% dari total tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,4% dari total investasi. Namun, tingginya jumlah UMKM di Indonesia juga tidak terlepas dari tantangan yang ada.
Seperti halnya salah satu warga Desa Dawung, Kecamatan Palang, Tuban tepatnya di Dusun Glogok RT. 02/RW. 02 ini sukses memproduksi berbagai olahan kerupuk dari hasil laut.
Pengusaha perempuan ini, memulai usahanya pada tahun 2015. Sebelumnya beliau pernah mendapatkan pelatihan dari Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Tuban dalam pembuatan berbagai macam kue kering yang kemudian dikembangkan lagi menjadi produk-produk yang lain seperti kerupuk.
“Karena kerupuk itu sasarannya luas, cocok untuk semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, bisa dibuat camilan atau pelengkap saat makan,” jelas Srekayaten.
Lanjut Srekayaten, alasan dirinya memproduksi kerupuk adalah salah satunya karena kebanyakan anak-anak yang tidak menyukai ikan, hal inilah yang membuat ibu 1 anak tersebut termotivasi untuk mengolah bahan kerupuk dari salah satu hasil kekayaan laut itu.
“Kalau biasanya anak-anak tidak suka makan ikan, kini saya membuat olahan kerupuk dari ikan supaya bisa di nikmati anak-anak dengan bentuk yang berbeda,” lanjutnya.
Tidak hanya dari hasil olahan ikan, kerupuk yang diproduksi Srekayaten juga meliputi memanfaatkan sayuran untuk dijadikan kerupuk, sehingga kerupuk hasil produksinya memiliki banyak varian. Bahan baku dari hasil laut berupa ikan, rajungan, cumi-cumi, lobster, dan udang. Sementara itu, bahan baku kerupuk sayur berupa daun kelor.
Perjalanannya merintis usaha selama kurang lebih 5 tahun ini berhasil membuat usaha dari ibu 1 anak ini berhasil memiliki agen dari luar Tuban, yang kemudian dikembangkan kembali hingga memiliki reseller dari agen tersebut.
“Saya jual melaui Offline dan Online, saya itu mempunyai agen juga dari Rembang, kan dia punya reseller jadi mungkin banyak yang order dari dia,” katanya.
Tidak di sangka, usaha yang digelutinya dari tahun 2015 ini berhasil mencapai omset senilai Rp28 juta per bulannya. Namun, karena adanya pandemi Covid-19 yang melemahkan perekonomian di Indonesia, juga memberikan dampak bagi UMKM milik Srekayaten yang membuat omset dari usahanya turun drastis menjadi Rp5 juta perbulannya.
“Pada awal tahun 2019 omset saya naik Rp28 juta per bulan, tapi karna dampak pandemi semua UMKM ikut merasakan jadi omset saya menjadi 5 juta per bulannya, namun sekarang Alhamdulillah sudah mulai stabil lagi,” pungkasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Srekayaten juga menjelaskan bahwa pemerintah memberikan dukungan yang menjadi motivasi bagi dirinya untuk terus mengembangkan usahanya.
“Dari dinas pemerintah alhamdulillah usaha saya selalu direspon karen saya kalau usaha itu tidak pernah setengah-setengah,” tutupnya. (nat/dil)