kabartuban.com – Ratusan petani dari berbagai desa di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, mendatangi gedung DPRD Tuban pada Jumat pagi (14/6/2025). Mereka datang bukan untuk berdemo anarkis, melainkan untuk menyuarakan harapan dan kegelisahan mereka. Lahan pertanian seluas kurang lebih 609 hektare terendam, dan masa tanam terancam gagal total akibat luapan air dari Kali Avur yang dangkal dan tak mampu lagi menampung debit air.
Petani yang tergabung dalam Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) dari Desa Klotok, Bandungrejo, Plandirejo, Sembungrejo, Kedungrejo, Kedungsoko, Kebomlati, Jatimulyo, Cangkring, hingga Plumpang ini merasa sudah tak bisa tinggal diam. Mereka meminta DPRD Tuban segera mendorong normalisasi Kali Avur secara menyeluruh sebelum kerugian makin dalam.
“Kami sudah tidak bisa menanam. Air menggenang terus di sawah, dan ini yang paling parah dibanding tahun-tahun sebelumnya,” keluh Nur Aksan, koordinator aksi, saat ditemui usai audiensi.
Menurut Aksan, pendangkalan Kali Avur membuat aliran air tersumbat di banyak titik. Tidak hanya membuat banjir, tapi juga mengancam ketahanan pangan lokal. Dalam mediasi, para petani juga mendesak agar pintu DAM Inlet Swiss 2 segera dibuka atau dijebol pada pekan ketiga bulan ini sebagai langkah darurat.
Meski sebagian tuntutan mereka sudah direspons, terutama terkait pembukaan DAM, namun para petani masih belum puas. Pasalnya, belum ada kepastian soal kapan dan bagaimana normalisasi Kali Avur akan dilakukan. Jika tak kunjung ada kejelasan, Aksan menyebut mereka siap turun ke jalan dengan massa yang lebih besar.
Menanggapi aspirasi tersebut, salah satu anggota DPRD Tuban yang ikut dalam audiensi itu, Tulus Setyo Utomo, Ketua Komisi III, menyatakan siap mendampingi perjuangan para petani. Ia menyoroti pentingnya percepatan penyelesaian proyek **Jabung Ring Dyke** yang berfungsi menahan banjir dan mengatur aliran air ke kawasan hilir seperti Kecamatan Plumpang.
“Kalau Jabung Ring Dyke bisa difungsikan normal, maka Kali Avur juga akan tertolong. Masalahnya ada pada elevasi letak Waduk Jabung di Widang itu lebih tinggi dari Plumpang, jadi air menumpuk. Ini harus segera ditangani,” tegas Tulus.
Ia menambahkan bahwa Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) harus berani mengambil kebijakan yang tegas dan cepat dalam permasalahan ini. Menurutnya, apabila Waduk Jabung Ring Dyke dapat difungsikan sebagaimana mestinya, maka banjir di Kecamatan Plumpang tidak akan terjadi.
“Tanggul-tanggul yang ada di dalam area tambak harus segera diselesaikan. Tidak boleh ada lagi tanggul, dan tidak boleh ada lagi aktivitas penanaman di dalam area Waduk Jabung Ring Dyke,” tegasnya.
Tulus juga meyakini bahwa jika waduk tersebut difungsikan secara optimal, maka kawasan itu mampu menampung air baku secara maksimal. Ia mencatat, Waduk Jabung memiliki kapasitas daya tampung hingga 2.285 hektare.
Sementara itu, perwakilan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Feri, mengatakan bahwa pembukaan DAM masih harus menunggu izin dari pimpinan. Ia juga menyampaikan bahwa proyek Jabung Ring Dyke masih terkendala proses santunan lahan di Desa Mlangi.
“Dari total 550 bidang, masih ada 57 bidang yang belum kita kasih santunan. Anggaran santunan sendiri, kata Feri, baru direncanakan akan masuk pada tahun 2026 mendatang, bersamaan dengan kelanjutan pembangunan fisik waduk,” jelas Feri.
Aksi damai para petani ini bukan sekadar soal air dan sawah. Ini adalah jeritan hidup dari mereka yang menggantungkan masa depan pada tanah dan musim. Mereka tak minta banyak hanya aliran air yang lancar, dan kesempatan untuk terus menanam. Semoga tuntutan mereka tidak hanya didengar, tapi juga diwujudkan. (fah)
