kabartuban.com – Salah satu badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak dalam bisnis semen, dalam hal ini PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), telah memulai pembangunan pabrik baru yang berkapasitas 3 juta ton pertahun di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, dengan melakukan Tasyakuran dan doa bersama bersama sejumlah tokoh setempat, Senin (16/6/2014).
“Pabrik baru di Rembang ini merupakan langkah kami memperkuat ekspansi agar Indonesia tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri, BUMN tetap market leader di industri semen nasional. Lebih membanggakan lagi, pabrik di Rembang ini adalah pabrik ramah lingkungan yang dikerjakan secara swakelola oleh putra-putri terbaik bangsa,” ujar Dwi Soetjipto.
Pabrik yang berada di lahan seluas 55 hektar ini didesain sebagai pabrik ramah lingkungan dengan konsumsi energi dan air yang minim serta memperbanyak ruang hijau. Sebanyak 30 persen wilayah pabrik digunakan untuk ruang terbuka hijau (RTH). “Konsep green industry di Rembang kami wujudkan dengan meningkatkan konsumsi energi alternatif dari limbah pertanian, menekan konsumsi air dan listrik, kontrol emisi yang ketat, dan tetap melestarikan keanekaragaman hayati. Kami ingin mewujudkan environmental excellence dalam pengelolaan pabrik ini,” tutur Dwi Soetjipto.
Dwi Soetjipto juga mengatakan, pengelolaan pabrik perseroan di beberapa daerah lain adalah bukti nyata bahwa setiap investasi Semen Indonesia adalah investasi yang memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Pabrik Semen Indonesia di Tuban, misalnya, telah mendapatkan Proper Emas, penghargaan tertinggi dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yang menunjukkan bahwa perseroan telah melakukan langkah-langkah nyata dalam mewujudkan keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat.
Dalam hal efisiensi sumberdaya alam, perusahaan melakukan serangkaian langkah nyata. Di antaranya adalah mengoptimalkan pemanfaatan energi alternatif dari limbah pertanian (biomass), seperti sekam padi, cocopeat, serbuk gergaji, limbah tembakau, dan sampah kota sebagai RDF (refuse derivative fuel). Sampah kota yang diolah untuk dijadikan biomass mencapai 300 ton per hari yang didapatkan dari Kabupaten Gresik dan Kabupaten Tuban.
“Kami juga memaksimalkan penggunaan bahan baku alternatif dengan memanfaatkan limbah atau produk samping industri lain sebagai pengganti bahan baku semen, seperti copper slag untuk pengganti pasir besi, fly ash untuk pengganti batuan-batuan alam, dan synthetic gypsum untuk pengganti natural gypsum,” papar Dwi Soetjipto.
Terkait penghematan air, pabrik perseroan menggunakan air permukaan dan air buangan dari pabrik untuk dimanfaatkan kembali sebagai air proses, sehingga mengurangi pemanfaatan air bawah tanah. Perusahaan meningkatkan pemakaian air recycle dengan mengoptimalkan fasilitas penampungan sebagai sarana penangkap air tadah hujan dan memaksimalkan fungsi water treatment. Di Pabrik Tuban, indeks penggunaan konsumsi air recycle (air buangan) melalui fasilitas tersebut terus meningkat dari 23 liter per ton semen pada 2007 menjadi lebih dari 80 liter per ton semen pada 2012.
“Pabrik kami menggunakan proses kering untuk memproduksi semen. Air hanya dibutuhkan untuk keperluan pendinginan mesin produksi. Indeks pemakaian air turun dari 200 liter per ton semen pada 2007 menjadi sekitar 130 liter per ton semen pada 2012. Efisiensi konsumsi air Semen Indonesia menduduki peringkat kedua dari 14 industri sejenis dalam skala dunia. Artinya, kami memastikan bahwa penggunaan air oleh perusahaan tidak mengganggu sumber air di sekitar pabrik,” jelas Dwi Soetjipto. (kh/im)