Wajah Gadis Itu Dibalik Gerimis

31

“Gelap menyelimuti hari dalam rangkaian hujan yang mengguyur bumi. Aku melihatmu diantara gerimis yang turun tanpa malu. Ada satu hari yang seperti mala mini, saat engkau dan aku berjalan basah menyusuri kota dan bercanda tawa seolah tak peduli, tubuh basah kuyub dan dingin semakin menghujam.

Iya, seperti malam ini gerimis kemudian hujan menyapa ramah, dan aku masih melihat senyumu diantara butiran air langit yang turun itu. Kau dimana ?, atau aku yang terlalu jauh pergi entah kemana ?.”

Rangkaian kalimat itu mengalir dan berpuisi dalam lubuk hati Arangga. Hujan malam ini membuatnya kembali ke masa lalu, mengingat saat dia masih bersama kekasihnya yang kini hilang di telan waktu. Di balik jendela kamar itu, dia perhatikan setiap butiran hujan yang turun membasahi bumi. Arangga merindu, sayu, dan begitu ingin kembali ke masa lalu. Ada cinta tak berujung, dalam catatan hidupnya yang sumbang.

“Arangga.!” Suara sang bunda memanggil dari ruang tengah. Arangga pun bergegas beranjak dari kamar dan seketika meninggalkan kenangan.

“Iya bunda, ada apa bunda.?” Ucap Arannga di hadapan ibunya.

“Ibu tadi buka – buka almari, ibu temukan album foto ini nak. Ibu terhenti dalam satu foto, ini.! Dimana anak ini Arangga, gadis cantik yang pernak kau kenalkan pada ibu beberpa tahun yang lalu,” tutur sang bunda sembari menunjuk paras cantik yang terekam dalam selembar foto kenangan.

Arangga terdiam, tersentak dan seakan ingin tenggelam. Baru saja dia beranjak dari gerimis itu, ibu nya memanggil dan mengembalikannya pada hamparan kenangan. Tentang seseorang yang begitu melekat, namun kini lenyap di telan waktu. Gadis Bali yang pernah hangat di pelukannya itu telah pergi, pergi begitu saja tanpa sepatah kata dan kabar.

Melihat putra semata wayangnya terdiam pilu. Sang bunda pun memahami betapa sakit dan berkecamuk dalam hati Arangga. Kemudian sang bunda mengelus kepala Arangga dan memeluknya erat.

“Anaku, ibu tahu dan bisa merasakam bagaimana hatimu begitu remuk rendam. Orang yang begitu kau cintai pergi tanpa sepatah kata. Namun ketahuilah wahai anakku, begitulah dunia, begitulah kehidupan, apa yang kita inginkan dan harapkan belum tentu sesuai dengan kehendak Tuhan. Sekarang yang penting, jangan pernah kau berputus asa nak,” bijak sang Bunda memberikan nasehat kepada putranya.

Arangga tetap saja terdiam, dengan kesedihan yang begitu mendalam. Merana dalam gerimis hujan tanpa air mata. Arangga mencoba beranjak dari kenangan itu, namun terlalu dalam cinta itu menusuknya, menghujam, dan melemparnya dalam badai asmara.

“Ya sudah bu, ndak apa – apa. Arangga kuat, dan akan semakin kuat. Arangga yakin sesuatu yang hilang pasti ada penggantinya. Ayah selalu mengajarkan kepada kita, supaya tetap berbaik sangka kepada segala keputusan Yang Maha Kuasa. Begitu kan bu ?,” ucap manja Arangga pada bundanya.

Sang Bunda pun hanya tersenyum, dan kembali memeluk putranya dengan hangat sembari berkata,

“Kamu anak bunda yang hebat. Kalau pun bukan Gadis Bali itu bidadarimu, yakinlah Tuhan akan menurunkan Gadis Surga yang akan membahagiakanmu anakku,” ucap bunda dalam gerimis malam itu.

….

Rangga Jaya

/