Asmoroqondi Masih di Hati

1951

kabartuban.com – Keberadaan Tuban sebagai Bumi Wali semakin dikenal di seantero nusantara. Banyaknya situs sejarah perjuangan Islam masa lampau dan makam para wali sepuh di Tuban, menjadi daya tarik dan nilai positif tersendiri bagi masyarakat. Salah satunya adalah Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi, ayahanda dari Sunan Ampel yang makamnya berada di Desa Gesikharjo Kecamatan Palang, hingga saat ini masih di hati masyarakat.

Menurut salah satu juru kunci makam Asmoroqondi, Badrun mengatakan, semasa hidup Syekh Ibrahim Asmoroqondi memiliki peran yang sangat penting dalam penyebaran agama Islam di daerah Tuban, khususnya di Desa Gesikharjo.

“Mbah Ibrahim Asmoroqondi merupakan penyebar agama Islam pertama di Gesik dan dan hingga saat ini keberadaan beliau cukup bisa dirasakan berkahnya oleh masyarakat setempat,” tutur Badrun yang merupakan warga asli Desa Gesikharjo.

Menurutnya, Ibrahim Asmoroqondi yang merupakan ayahanda Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)tersebut lahir dari daerah Samarkandi di wilayah Asia Tengah, pada paruh kedua abad ke-14. Sedangkan dalam buku Babad Tanah Jawi menyebut namanya dengan sebutan Mahdum Ibrahim Asmoro atau Maulana Ibrahim Asmoro.

Sejumlah sumber referensi mengisahkan, sewaktu Ibrahim Asmoro datang ke Champa, Raja Champa belum memeluk Islam. Ibrahim Asmoro tinggal di Gunung Sukasari dan menyebarkan agama Islam kepada penduduk Champa. Raja Champa murka, dan memerintahkan untuk membunuh Ibrahim Asmoro. Namun usaha tersebut gagal karena dia sudah meninggal sebelum menumpas Ibrahim Asmoro. Setelah itu Ibrahim Asmoro kemudian menikahi Dewi Candrawulan, puteri Raja Champa tersebut. Dari pernikahan itu kemudianlahir  Ali Murtolo (Ali Murtadho) dan Ali Rahmatullah yang kelak menjadi Raja Pandhita dan Sunan Ampel.

Syekh Ibrahim Asmoroqondi diperkirakan  datang ke Jawa sekitar tahun 1362 Saka/1440 Masehi bersama dua orang putera dan kemenakannya serta sejumlah kerabat. Kedatangannya bermaksud menghadap raja Majapahit yang menikahi adik istrinya, yaitu Dewi Darawati. Sebelum ke Jawa, rombongan Syekh Ibrahim Asmoroqondi singgah dulu ke Palembang untuk memperkenalkan agama Islam kepada Adipati Palembang, Arya Damar.

Setelah berhasil mengislamkan Adipati Palembang yang kemudian berganti nama menjadi Arya Abdullah, syekh Ibrahim Asmoroqondi beserta putera dan kemenakannya melanjutkan perjalanan ke pulau Jawa. Rombongan mendarat di sebelah timur bandar Tuban, yang disebut Gesik (sekarang Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban).

Hal tersebut dilakukan dengan tujuan berdakwah menyebarkan kebenaran Islam kepada penduduk sekitar. Sambil berdakwah menyiarkan agama Islam, Syekh Ibrahim Asmoroqondi juga menyusun sebuah kitab. Sebuah kitab tulisan tangan yang dikenal di kalangan pesantren dengan nama Usul Nem Bis, yaitu sejilid kitab berisi enam kitab dengan enam bismillahirohmanirrohim.

Syekh Ibrahim Asmoroqondi tidak lama berdakwah di Gesik, sebelum tujuannya ke ibukota Majapahit terwujud, Syekh Ibrahim Asmoroqondi sudah meninggal dunia. Beliau dimakamkan di Gesik tidak jauh dari pantai. Sebagai penyebar agama Islam pertama di Gesik dan juga ayah dari tokoh Sunan Ampel, makam Syekh  Ibrahim Asmoroqondi dikenal dengan sebutan makam Sunan Gagesik atau Sunan Gesik.

Baca Juga : Haul, Membaca Jejak Ayah Sunan Ampel

Sekitar tahun 1424 beliau wafat dengan meninggalkan beberapa peninggalan seperti, masjid, museum kecil, dan sumur wali (sumber air). Hingga saat ini, masyarakat sekitar makam Asmoroqondi menggelar haul akbar setiap tahunnya. (ning/im)

/