kabartuban.com – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Tuban selama dua hari terakhir menimbulkan tanda tanya di tengah masyarakat. Pasalnya, guyuran hujan turun justru di saat puncak musim kemarau yang biasanya berlangsung kering.
Kepala Stasiun BMKG Kelas III Tuban, Mochammad Nur, memastikan fenomena ini bukanlah indikasi datangnya musim penghujan. Menurutnya, hujan yang terjadi sejak Senin (18/8/2025) itu disebabkan adanya gangguan atmosfer sementara.
“Ini hanya karena faktor atmosfer, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan suhu muka laut yang hangat,” jelas Nur saat dikonfirmasi, Selasa (19/8/2025).
BMKG memprediksi hujan ini hanya berlangsung beberapa hari dan akan berakhir dalam tiga hari ke depan, jika tidak ada gangguan atmosfer lain. Adapun puncak musim kemarau di Tuban diperkirakan terjadi pada Agustus, sedangkan historisnya jatuh pada September hingga Oktober.
Terkait awal musim hujan, Nur menyebut masih menunggu hasil analisis lanjutan untuk wilayah Jawa Timur.
Ia juga mengimbau masyarakat, terutama petani dan nelayan, agar tetap berhati-hati dalam beraktivitas. Petani diharapkan memanfaatkan informasi cuaca BMKG untuk merencanakan tanam dan panen, sedangkan nelayan diminta waspada terhadap potensi gelombang tinggi saat musim kemarau mencapai puncaknya.
“Fenomena ini sifatnya sementara. Masyarakat diminta tetap waspada dan menyesuaikan aktivitas dengan informasi cuaca yang selalu kami perbarui,” pungkasnya.
Sebagai informasi, MJO merupakan fenomena atmosfer yang memengaruhi pola cuaca global, khususnya di wilayah tropis. Fenomena ini berbentuk gelombang atmosfer yang bergerak dari Samudra Hindia menuju Samudra Pasifik dalam periode 30–60 hari, dan kerap memicu peningkatan maupun penurunan curah hujan di wilayah yang dilaluinya, termasuk Indonesia. (fah)