kabartuban.com – Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mendukung pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah. Mengingat, hasil putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung (MA) terkait izin pabrik Semen Indonesia (SI) di Rembang beberapa waktu yang lalu.
Hal tersebut diutarakan oleh Azam Azman, selaku ketua tim saat melakukan kunjungan ke pabrik SI Rembang dan Tuban, pada Sabtu (26/11/2016). Azman mengatakan, saat ini kondisi industri semen dalam negeri menjadi incaran investor asing. Sebagai gambaran, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) semen hanya menguasai 36 persen kapasitas industri semen di Indonesia. Sedangkan Swasta dan asing menguasai hingga 64 persen dan SI hanya memiliki kapasitas 34 persen dengan market share sebesar 42,44 persen.
“Sebagai aset milik negara, keberadaan SI harus dilindungi dan didukung, jangan sampai semen asing ini menguasai pasar kita,” terang Azman pada kabartuban.com, Senin (28/11/2016).
Komisi IV akan menyampaikan kepada Presiden melalui rapat kerja, agar pembangunan pabrik SI di Rembang terus berjalan. Pembangunan pabrik SI di Rembang sarat akan kepentingan, baik investor maupun pihak lainnya.
“Kami dukung sepenuhnya, SI hanya butuh memperbarui izin lingkungan untuk melanjutkan pembangunan dan menjalin komunikasi serta pendekatan pada beberapa pihak,” ujar Azman.
Abdul Wahid, Komisi IV DPR RI, membenarkan hal tersebut, bahwa yang menolak berdirinya pabrik SI di Rembang salah satunya warga Pati, yang merasa terusik dengan adanya pabrik. Mereka memprovokasi warga untuk melakukan penolakan. Padahal, warga Rembang yang mendukung berdirinya pabrik jauh lebih besar dibanding warga yang menolak.
“Penolakan pendirian pabrik SI di Rembang ini hanya segelintir orang saja, tidak lebih dari 5 persen,” katanya.
Direktur Enjinering dan Proyek Semen Indonesia, Gatot Kustyadji mengatakan, progres pembangunan pabrik per 31 Oktober 2016 telah mencapai 97,1 persen, dengan rencana investasi sebesar 4,9 triliun. Pembangunan pabrik akan memberikan manfaat bagi masyarakat Rembang, karena penyerapan tenaga kerja dalam masa proyek mencapai 6.075 orang.
“Masyarakat juga akan memperoleh pembinaan UMKM, pemenuhan kebutuhan air, peningkatan kesejahteraan, pengembangan ekonomi dan pengentasan kemiskinan,” ungkap Gatot.
Menurut Gatot, dengan kalkulasi penyerapan tenaga kerja begitu besar, diharapkan angka kemiskinan di Rembang dapat berkurang dari 19 persen menjadi dibawah 10 persen. SI melalui program Corporate Social Responbility (CSR), telah menyalurkan dana sebesar 7 milyar pada tahun 2014, yang meningkat menjadi 10,35 milyar pada tahun 2015. Sedangkan di tahun 2016 SI akan mengeluarkan anggaran sebesar 35 milyar untuk program CSR.
“Kami berharap program CSR ini dapat mensejahterakan warga Rembang,” pungkasnya.(din)