kabartuban.com – Eksotika alam Tuban berbaur jejak para ‘wali’ seolah tak ada habisnya dalam langkah kaki para petualang. Berbagai pesona kecantikan alam, satu persatu terkuak dan menjadi magnet para pecinta keindahan alam. Salah satunya air terjun Grujukan Mbongok yang sempat menjadi salah satu tujuan traveler di ‘Bumi Wali’.
Meskipun tidak setenar air terjun Nglirip, air terjun Grujukan Mbongok yang berada di Dusun Kerokan Desa Jetak Kecamatan Montong, Tuban tersebut menjadi salah satu obyek wisata alam yang cukup diminati oleh masyarakat.
“Kalau air terjun ini memang sudah ada sejak lama, tapi dulu tidak banyak yang tahu dan jarang yang datang,” kata Eko Kristanto (20), salah satu warga setempat.
Menurutnya, sejak berkembangnya teknologi informatika dan gadget, beberapa orang datang dan mengabadikannya dalam kamera, kemudian air terjun Mbongok tersebut mulai banyak dikunjungi wisatawan, baik dari Tuban sendiri maupun para pelancong dari luar kota.
“Tapi di sini memang ya apa adanya, tidak ada pengelolaan secara khusus, karena memang tempat ini dalam wilayahnya Perhutani, bukan dalam kewenangan Pemerintah Kabupaten (Tuban),” ucap Eko saat ditemui di lokasi, Minggu (15/11/2015).
Derasnya air yang mengalir dari tebing – tebing tersebut menjadi pemandangan yang cukup memanjakan mata. Pengunjung pun dapat dengan leluasa mandi di bawah air terjun yang cukup jernih. Semua masih alami, dan seperti mandi di tengah hutan lepas.
Kepada kabartuban.com Eko menuturkan, sebetulnya yang menjadi daya tarik orang datang ke Mbongok bukan hanya soal air terjun dan keindahan alam. Namun keberadaan makam yang diyakini masyarakat sebagai makam seorang wali itulah yang juga seringkali menjadi tujuan orang datang.
“Banyak orang ke sini, itu juga untuk menziarahi makam Mbah Singonegoro. Banyak orang meyakini beliau wali, tapi saya juga tidak tahu persisnya. Tentang Mbah Singo hanya dari mulut ke mulut dan juga kepercayaan orang sini,” ungkap Eko.
Lebih lanjut Eko menuturkan, banyak warga masyarakat yang cari ‘wangsit’ dengan ziarah ke makam Mbah Singo. Kebanyakan yang mau cari wangsit datangnya malam hari.
“Contohnya, ada warga yang ingin mendaftarkan diri menjadi tentara. Kemudian dirinya melakukan ritual dan mencari ‘wangsit’ di makam Mbah Singo ini. Kemudian, ceritanya dapat petunjuk gambar berupa sabit (jawa; arit). Hal itu dimaknai, bahwa dia tidak cocok jadi tentara, tapi pekerjaan yang pas buat dia adalah jadi petani. Waktu dia mendaftarkan diri jadi tentara, ternyata tidak jadi,” kata Eko.
Selain air terjun dan pohon – pohon yang berusia ratusan tahun, di lokasi tersebut juga terdapat Gua yang diberi nama Gua Suroh. Di dalam Gua tersebut terdapat bebatuan yang cukup bagus, dan tentu saja ratusan kelelawar ada sebagai penghuninya. (riz/im)