kabartuban.com – Sejumlah kalangan menilai industri pertanian di Kabupaten Tuban masih kurang maksimal dalam pengelolaannya, padahal peluang agrobisnis masih cukup besar dengan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang ada Bumi Tuban. Kurangnya inovasi dan informasi dinilai menjadi salah satu faktor lambatnya industri agro tersebut.
Terkait hal itu, konsultan Agrobisnis Antara Group, Suprapto mengatakan, “Peluang (agrobisnis) cukup besar, hanya saja pelaku usaha pertanian di sini kurang inovasi dan informasi terkait perkembangan usaha di bidang pertanian. Jadi ya, para petani itu monoton saja,” kata Prapto saat ditemui kabartuban.com, Jumat (20/11/2015).
Penggiat usaha pertanian yang tinggal di Perumahan Karang Indah itu mencontohkan, “Kebutuhan singkong untuk lingkungan industri cukup tinggi, namun sampai hari ini persediaan bahan baku untuk tepung trigu, kripik singkong, dan produk berbahan dasar singkong lainnya tidak pernah memenuhi target karena persediaan bahan baku yang kurang,” papar Prapto.
Menurutnya, harga singkong memang pernah anjlok sampai 300 rupiah perkilo, tapi saat ini harganya bisa normal di atas 1000 rupiah perkilo, itupun barangnya belum pasti ada. “Kalau kita bisa saling bekerjasama, industri singkong ini dapat kita kelola dengan baik,” tambah Prapto.
Untuk mengawali misi besarnya dalam memaksimalkan agrobisnis di bidang pertanian singkong, saat ini Suprapto mengaku telah menjalani proyek percontohan penanaman singkong di lahan 20 hektar yang ada di Desa Koro, Merakurak Tuban. “Saya sedang memulai lagi dengan teknologi pertanian yang inovatif, semoga hasilnya sesuai target,” pungkas Prapto.
Sementara itu, dalam data investasi regional, Kabupaten Tuban termasuk salah satu wilayah di Jawa Timur yang memiliki potensi tinggi dalam pengembangan industri singkong. Hingga saat ini, data yang ada menyebutkan luasan area produksi singkong di Kabupaten Tuban mencapai kisaran 6.280 Ha.
Secara nasional, kebutuhan singkong tidak hanya untuk industri di dalam negeri, namun permintaan pasar ekspor juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 saja, data Kementerian Perindustrian menyebutkan kebutuhan ekspor singkong mencapai 22 juta ton. . (im/riz)