kabartuban.com – Para petani di Desa Sumberejo, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, mengeluhkan rendahnya harga padi saat musim panen tahun ini. Harga gabah kering saat musim panen tahun ini jauh dibawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) berdasarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2015 yakni Rp 3.700.
Sakidin (55), salah satu petani Desa Sumberejo, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban saat ditemui kabartuban.com mengatakan, “Kemarin mau dibeli tengkulak Rp 2.500 per kilo, harga itu terlalu murah. Makanya ini tidak dijual dulu, mau dikeringkan siapa tahu nanti bisa lebih baik,”
Ia mengaku, harga gabah terus menurun, meski sebelumnya berada dikisaran Rp 3.300 per kilo, saat ini paling mahal hanya Rp 3.000 per kilo. “Tengkulak gak mau kalu beli Rp 3.000 per kilo, padahal kalau segitu ya dijual sama petani,” tambah Sakidin.
Sakidin berharap pemerintah memiliki langkah strategis untuk mengendalikan harga gabah, baik yang baru panen maupun gabah kering giling agar petani dapat menikmati hasil tanamanya.
“Petani itu tidak muluk-muluk, bisa lebih sedikit dari modal saja sudah senang, kita berharap ada pengendalian pasar agar harga tidak terus merosot, “ ujarnya.
Menanggapi keluhan para petani, Kepala Dinas Perekonomian & Pariwisata (Disperpar) Kabupaten Tuban, Farid Achmadi saat dikonfirmasi mengatakan bahwa, turunya harga gabah disaat musim panen memang tak dapat dihindari, apalagi akhir-akhir ini banyak lahan sawah yang terdampak banjir dan mengakibatkan turunya kualitas gabah.
“Hukum pasar, jika stok melimpah maka harga akan turun, ini berlaku juga saat musim panen padi ataupun produk pertanian lainya,“ jelas Farid.
Farid mengungkapkan bahwa, sebetulnya pihak pemerintah sudah berupaya memberikan solusi turunya harga produk pertanian dimusim panen dengan memanfaatkan resi gudang, sayangnya meski gencar melakukan sosialisasi, program tersebut tak disambut baik oleh petani.
“Kita ada program resi gudang yang dapat dimanfaatkan, minimal untuk menunggu sampai harga gabah membaik, tapi sejauh ini hanya efektif 20% dari kapasitas yang ada,” terangnya.
Menurutnya, jika petani memang membutuhkan dana untuk melaksanakan masa panen berikutnya, resi gudang akan memberikan pinjaman modal atau kredit lunak senilai 70% dari nilai hasil pertanian yang dititipkan. Dengan begitu petani dapat melaksanakan masa tanam berikutnya setelah panen.
“Resi gudang memberikan kredit luak maksimal 70% dengan bunga 0,1%. Selain itu kami juga ada kendaraaan yang siap digunakan jika kelompok atau petani ingin membawa padinya ke resi gudang,” pungkasnya.