Kabartuban – Suasana haru menyelimuti acara pelepasan dan penerimaan siswa Sekolah Rakyat (SR) Terintegrasi 18 Kabupaten Tuban. Sebanyak 50 siswa dari keluarga kurang mampu kini mendapat kesempatan emas mengenyam pendidikan bermutu secara gratis, lengkap dengan fasilitas penunjang.
Peresmian SR Terintegrasi berlangsung di UPT Balai Latihan Kerja (BLK) yang untuk sementara menjadi lokasi belajar. Acara ini dihadiri Sekretaris Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial RI, Beni Sujanto, Wakil Bupati Tuban Joko Sarwono, jajaran Forkopimda, serta para wali murid.
Wakil Bupati Tuban, Joko Sarwono, dalam sambutannya mengatakan kegiatan ini sebagai Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dan menjadi momentum memotivasi para orang tua agar mempercayakan pendidikan anak-anak mereka kepada tenaga pendidik SR.
“Kami memberikan semangat kepada para orang tua untuk ikhlas dan sepenuhnya mempercayakan anak-anak mereka kepada pengasuh dan guru di SR ini,” ujarnya.
Joko berharap keberadaan SR Terintegrasi mampu memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan. Selama ini, kata dia, banyak orang tua yang pendidikannya terhenti karena keterbatasan biaya, sehingga kondisi ekonomi yang sulit diwariskan ke anak-anak.
“Dengan pendidikan gratis dan fasilitas lengkap di SR, kami ingin memutus rantai tersebut,” tegasnya.
Senada dengan itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial RI, Beni Sujanto, menjelaskan pada hari pertama MPLS, pihaknya tak hanya memberikan penguatan kepada siswa, tetapi juga kepada wali murid melalui Family Support Group.
“Kami memberikan dukungan sekaligus mengharapkan keterlibatan orang tua dalam memotivasi anak-anak yang bersekolah di SR. Ke depan, kami juga membuka kemungkinan pertemuan rutin antara pihak sekolah dan orang tua,” jelasnya.
Beni menambahkan, SR di Tuban menerapkan sistem asrama dengan pola pendidikan terstruktur selama 24 jam penuh, namun tanpa pendekatan militer. Saat ini, SR memiliki 19 guru, serta 4 pengasuh putra dan 6 pengasuh putri. Seluruh tenaga pendidik dan pengasuh tersebut fokus membangun karakter siswa secara emosional, spiritual, kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Untuk mencegah perundungan (bullying) dan kekerasan seksual, SR akan bekerja sama dengan lembaga perlindungan anak, kepolisian, tenaga kesehatan, psikolog, dan pihak pendidikan.
“Kami wajib saling memantau dan memastikan anak-anak berada dalam kondisi aman dan nyaman sehingga dapat belajar dengan baik,” ujarnya.
Selain itu, para siswa akan mendapatkan berbagai fasilitas penunjang, seperti laptop, komputer, dan perlengkapan lain. Namun, Beni mengakui pengadaan fasilitas tersebut masih dalam proses. (fah)