kabartuban.com – Seorang balita bernama Rasyid (9 bulan) asal Kelurahan Sukolilo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban mengalami kondisi memburuk setelah diduga tidak mendapatkan penanganan maksimal saat pertama kali dibawa ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) RSUD dr. R. Koesma Tuban.
Pada Jumat malam (25/4/2025), orang tua Rasyid, Sutrisno dan Intan, membawa putra mereka ke IGD dengan kondisi memprihatinkan, tubuh Rasyid melepuh di bagian pantat dan wajahnya tampak lebam. Suhu tubuhnya tercatat 37 derajat Celsius.
Namun, setelah diperiksa, dokter jaga mendiagnosa bahwa kondisi tersebut merupakan gejala alergi ringan yang bisa ditangani lewat pengobatan jalan. Balita itu pun dipulangkan kurang dari satu jam setelah kedatangan, tanpa sempat dilakukan rawat inap.
“Saya belum sempat mendaftar rawat inap, tapi anak saya dipulangkan meski kondisinya melepuh dan sempat kejang di rumah,” ujar Sutrisno, Selasa (29/4/2025).
Sutrisno mengaku sempat menolak metode penyuntikan antibiotik langsung ke kulit, dan meminta melalui infus karena merasa kasihan pada anaknya. Permintaan tersebut ditolak dan pemberian antibiotik pun dibatalkan. Keluarga hanya membawa pulang resep obat.
Namun, kondisi Rasyid justru memburuk. Keesokan harinya, Sabtu (26/4/2025), ia dilarikan ke RS Medika Mulia Tuban dalam keadaan kulit melepuh parah, mirip luka bakar hingga 80 persen.
RS Medika bergerak cepat. Setelah dilakukan pemeriksaan, termasuk pengambilan sampel darah, Rasyid didiagnosa mengalami infeksi serius yang memicu gejala kulit ekstrem. Dokter menyebut balita tersebut mengidap Sindrom Stevens-Johnson (SJS) yang langka dan berpotensi mengancam nyawa jika terlambat ditangani.
Orang tua Rasyid semula menduga anak mereka mengalami impetigo, infeksi kulit menular yang biasa menyerang anak-anak. Namun, gejala dan hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi jauh lebih serius.
Kini, Rasyid menjalani perawatan intensif di RS Medika selama empat hari terakhir, ditangani oleh tim dokter spesialis anak, kulit, dan mata. Pemeriksaan mata dilakukan untuk memastikan tidak terjadi kerusakan penglihatan akibat penyakit tersebut.
Menanggapi kejadian ini, Direktur RSUD dr. R. Koesma Tuban, Dr. H. Moh. Masyhudi, menjelaskan bahwa keputusan dokter jaga sudah sesuai dengan diagnosis awal. Ia menyebut bahwa pemberian resep obat jalan adalah bagian dari prosedur, dan pasien diharapkan kontrol ulang jika kondisi tidak membaik.
“Tindakan dokter jaga sudah sesuai diagnosis awal. Kami juga sudah evaluasi dan memanggil dokter yang menangani. Kami tekankan pentingnya kepekaan klinis terhadap kondisi pasien,” jelas Masyhudi.
Ia pun mengakui bahwa Sindrom Stevens-Johnson merupakan penyakit langka yang penanganannya membutuhkan keterlibatan banyak spesialis.
Keluarga Rasyid berharap kejadian serupa tidak menimpa anak lain, dan meminta agar pelayanan medis di IGD RSUD Tuban ditingkatkan dari sisi ketelitian dan empati.
“Kami tidak mempermasalahkan siapa yang salah, tapi berharap tidak ada lagi anak-anak lain yang mengalami hal serupa,” ujar Sutrisno. (fah)