kabartuban.com – Sejak berdiri pada tahun 2009, Eza Batik, salah satu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Tuban, Jawa Timur telah berhasil memasarkan batik lokal yang diproduksinya hingga ke luar pulau bahkan mancanegara, Jum’at (14/06/2024).
Didorong oleh keinginan memperkenalkan batik lokal Tuban ke seluruh Indonesia, Firmida Bayu, generasi kedua pengelola Eza Batik, mengambil langkah inovatif dengan cara secara masif melakukan pemasaran produknya melalui online shop dan platform media sosial. Hal ini memungkinkan mereka menjangkau wilayah yang lebih luas dan mempermudah pembeli dalam melakukan transaksi.
Eza Batik menyediakan beberapa jenis produk. Pertama adalah batik tulis berupa kain, yang proses produksinya memakan waktu lama dan stoknya terbatas, sehingga mereka memutuskan untuk tidak memproduksinya dalam bentuk pakaian. Kedua adalah batik cap, di mana Eza Batik juga menjualnya dalam bentuk pakaian jadi seperti daster, kaos oblong, dan kemeja. Meskipun jumlahnya masih sedikit karena masih dalam tahap pengembangan kerja sama dengan beberapa pihak.
“Kita juga melakukan kerja sama dengan beberapa penjahit ataupun desainer untuk bisa memproduksi batik Tuban ini dalam bentuk kayak tunik, kayak dress-dress cewek, gitu, yang dipakai untuk pakaian kantor ataupun untuk acara-acara lainnya ya,” ungkap Firmida Bayu kepada kabartuban.
Dalam produksi pakaian jadi, Eza Batik lebih fokus pada pakaian wanita karena dinilai lebih kompleks dan memiliki banyak model. Namun, produksi kain tetap menjadi yang utama dan diproduksi lebih banyak dari produk lainnya.
Eza Batik saat ini juga sedang mempersiapkan pengiriman kaos batik ke Belanda. Sebelumnya, mereka juga telah mengirim batik ke Jepang dan Malaysia. Di Indonesia, Surabaya dan Cirebon menjadi dua kota besar yang menjadi pasar utama batik lokal Tuban hasil produksi Eza Batik. Selain itu, daerah-daerah dari luar pulau yang menjadi konsumen Eza Batik adalah Bali, Kalimantan, Lampung, hingga Aceh.
Menjadikan wisatawan lokal maupun mancanegara sebagai konsumen menjadi salah satu strategi Eza Batik. Selain itu, mereka juga ingin agar batik lokal Tuban sepopuler batik-batik lain seperti batik pekalongan, solo, dan Yogyakarta.
Dalam menghadapi dampak wabah Corona, target harian omset penjualan batik Tuban oleh Firmida Bayu adalah mencapai Rp1 juta per hari. Untuk konsumen dari wilayah metropolitan seperti Jakarta, Batik Gedog menjadi primadona penjualan karena harganya yang fantastis, mencapai Rp1 juta hingga Rp1,5 juta.
Eza Batik berharap agar batik Tuban dapat sejajar dengan batik-batik dari wilayah lain di Indonesia seperti batik solo, pekalongan, dan Jogja agar lebih dikenal oleh masyarakat di seluruh Indonesia. (za/intan/dina)