kabartuban.com – Peran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dalam mendukung kesenian dinilai sejumlah pihak masih sangat minim. Pasalnya, para pegiat seni di wilayah Tuban tidak mendapatkan dukungan fasilitas atau ruang untuk mengapresiasikan hasil karyanya kepada publik. Kesenian di Tuban dianggap mati suri, banyak potensi seni dan budaya yang terabaikan.
Eko Rudi Sugiarto (31) Pelaku Seni Rupa sekaligus Pengelola Ajang Kesenian (AKSI) Tuban mengatakan, saat ini eksistensi pelaku seni di Tuban belum mendapat dukungan yang baik dari pemerintah. Sehingga, menjadikan pegiat seni hanya berkreasi di ruang lingkupnya masing-masing.
“Padahal pelaku seni di Bumi Wali sangat banyak, mulai kesenian rupa, gerak, suara dan sastra. Akan tetapi, karena mereka minim sentuhan dari pemerintah, sehingga hanya bisa pasrah bagaikan air yang mengalir di sungai,” terangnya, Sabtu (13/1/2016).
Kiwil, sapaan akrabnya melanjutkan, saat ini pelaku seni cenderung berupaya secara mandiri untuk menampilkan hasil karyanya. Upaya itu dilakukan agar kiprah seniman tidak mati suri di mata publik. Selama ini, Para seniman hanya bergeliat di komunitasnya masing-masing, sehingga para seniman tidak pernah berkumpul untuk menyamakan visi dan misinya.
Menurutnya, karena minimnya sentuhan dari Pemkab yang membuat kiprah para seniman “adem ayem”. Hasilnya, kesenian di Tuban tidak menonjol seperti di daerah lain yang justru bisa mengkolaborasikan antara kesenian dan kebudayaan. Dari hasil kolaborasi itu, menjadikan daerah tersebut terangkat di bidang seni dan kebudayaan.
“Di Tuban keseniannya belum tampak, kondisi ini ibarat pemerintah masih “merem” terhadap kesenian,” papar mantan Ketua Komunitas Seni Rupa Ronggolawe Unirow Tuban.
Senada dengan Kiwil, Herwasis Wijanarko Putro, selaku penggiat seni teater kawakan memaparkan, selain peran pemerintah yang kurang intensif, selama ini penikmat hasil karya seni juga masih minim, hal itu dipengaruhi karena wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap kesenian juga masih kurang.
“Selama ini penikmat hasil karya seni hanya para pegiat seni, kalau ndak gitu ya guru seni dan para pelajar yang suka seni. Padahal semestinya masyarakat perlu tahu makna sebenarnya terhadap kesenian. Mulai proses penciptaannya, hingga menampilkan hasil karya. Namun, kenyataannya masyarakat hanya mengetahui hasil karya yang dihasillkan, bukan proses pembuatannya,” paparnya.
Herwasis, seniman teater yang pernah tergabung dalam Teater Institut Unirow Tuban itu melanjutkan, untuk memajukan kesenian dan kebudayaan di Tuban perlu adanya kerja sama antara pelaku seni, masyarakat dan pemerintah. Sehingga, kesenian dan kebudayaan dapat tereksplor ke publik secara meluas.
“Seperti di Jember, Banyuwangi dan Mojokerto saja bisa, masa Tuban tidak bisa. Padahal Tuban ini kota seribu sejarah sejak sebelum jaman keraajaan majapahit berdiri. Paling tidak dengan banyaknya sejarah dapat memotivasi pemerintah untuk membangkitkan kesenian dan kebudayaan di Tuban,” lanjutnya.
Herwasis menambahkan, jika kesenian dan kebudayaan digarap dengan serius, diyakini dapat menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Asalkan pelaku seni kompak, masyarakat paham kesenian dan pemerintah memberikan fasilitas, dijamin kesenian Tuban akan terangkat ke luar daerah. (su/im)