kabartuban.com –Di bawah kepemimpinan Bupati Fathul Huda, Kabupaten Tuban dibungkus dengan Brand City Bumi Wali, Bupati yang juga merupakan Mustasyar (Penasehat) Ormas Nahdlatul ‘Ulama (NU) Cabang Tuban tersebut, begitu semangat untuk membersihkan Tuban dari prostisusi.
Bupati yang juga merupakan seorang Kyai jebolan Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang tersebut, sejak menjabat sebagai orang nomor 1 di Tuban 2011 silam, berusaha dengan kuat untuk mewujudkan visinya menjadikan Tuban lebih maju, religius, sejahtera, dan bermartabat.
Hingga pada awal tahun 2013, tepat pada hari selasa tanggal 15 januari 2013, Pemerintah Kabupapten Tuban resmi menutup lokalisasi prostitusi yang berada di Wonorejo, Desa Gesing, Kecamatan Semanding Tuban.
Saat itu, Pemkab Tuban memulangkan sekitar 129 Pekerja Seks Komersial (PSK) ke daerah asalnya masing – masing, seperti Bojonegoro, Blora, Lamongan, Surabaya, Jakarta, Pati, Sumatera, Wonogiri dan sejumlah kota lain. Para PSK yang berasal dari sejumlah daerah tersebut dipulangkan dan diberi pesangon modal usaha 3 juta rupiah.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, Wakil Bupati Tuban Ir. H. Noor Nahar Husein menyatakan bahwa penutupan lokalisasi tersebut merupakan program Pemerintah Kabupaten Tuban dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
“Sesuai dengan laporan Kepala Dinas Sosial, Nur Jannah yang mengungkapkan dasar penutupan lokalisasi ini pada Surat Gubernur Jawa Timur tanggal 20 Oktober tahun 2011 No 460 tentang penanganan lokalisasi wanita tuna susila (WTS) di Jawa Timur. Dasar lain, yaitu Surat Gubernur dengan tanggal 10 tahun 2013 dengan nomor surat 005/485/031/2013 yaitu tentang persiapan pemulangan eks WTS,” ungkapnya saat penutupan lokalisasi.
Seperti telah direncanakan sebelumnya, saat ini di daerah Wonorejo bekas lokalisasi Nggandul tersebut telah berdiri Masjid dan Madrasah Diniyyah (Madin). Pendirian Masjid dan Madin tersebut dimaksudkan untuk normalisasi dan pembinaan mental spiritual warga setempat.
Saat ini, Madin yang juga sebagai Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) tersebut telah memiliki 52 anak didik. Sedangkan Masjid at-Taubah yang usai dibangun dengan anggaran Pemkab Tuban tahun 2013, baru difungsikan untuk sholat jama’ah pertama pada hari Jum’at (4/7/2014).
Pembukaan masjid tersebut dilaksanakan sekaligus dengan sholat tarawih yang dihadiri oleh Camat Semanding, Kabag Kesra Pemkab Tuban, Kepala Desa setempat, Pimpinan Lembaga Dakwah Nahdlatul ‘Ulama (LDNU) Tuban, dan sejumlah sejumlah tokoh masyarakat.
Kepada wartawan media ini, Kabag Kesra Pemkab Tuban, Amenan mengatakan bahwa kegiatan ini juga merupakan tanda bahwa aktifitas religius dan pembinaan mental spiritual di Wonorejo ini akan dimulai.
Lebih lanjut Amenan mengatakan, “Pemkab Tuban telah menggandeng LDNU Tuban, untuk menyusun rencana dakwah, dan melakukan berbagai usaha pembinaan mental spiritual masyarakat di sini. Sedangkan pihak Pemkab akan serius dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
“Nanti LDNU yang akan mengendalikan pergerakan dakwah di sini, termasuk memegang tanggung jawab dalam pemakmuran Masjid yang ada,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Desa Gesing dalam sambutannya mengatakan, “Alhamdulillah saat ini Wonorejo tidak lagi menjadi lokalisasi prostisusi. Dengan berdirinya, serta ditempatinya masjid ini, semoga warga akan menjadi lebih baik,” katanya.
Lebih lanjut, Kepala Desa yang menjabat sejak tahun 2007 tersebut juag mengatakan, “Kami berharap Pemkab terus memperhatikan kesejahteraan warga di sini. Kami sudah tidak butuh lagi pelatihan – pelatihan, namun kami berharap Pemkab Tuban akan mendirikan pasar di sini, untuk meningkatkan ekonomi masyarakat,” paparnya.
Penutupan lokasisasi Nggandul ini kiranya cukup melekat di hati Bupati Tuban Fathul Huda. Dalam sebuah pertemuan tokoh dan pengurus NU menjelang ramadlan yang lalu, Fathul Huda selaku Mustasyar NU menyatakan bahwa dirinya bersyukur dengan telah ditutupnya lokalisasi Nggandul dan berharap agama Islam di sana dapat terus berkembang.
“Sekarang di Nggandul juga sudah didirkan Masjid dan Madin, semoga dapat terus berkembang. Kita akan menyiapkan tenaga – tenaga dakwah di sana, dan akan kita openi kesejahteraannya,” tandasnya.
Di lain pihak, hingar bingar penutupan lokalisasi Nggandul ternyata tidak sebersih yang dikira. Dari sejumlah sumber yang didapat wartawan media ini, praktek prostisusi terselubung juga telah marak di Tuban, pasca ditutupnya lokalisasi.
Seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, “Kalau di sini sudah nggak ada, kalau memang mau, masih gampang mencari perempuan panggilan mas. Sekarang, perempuan – perempuan itu banyak yang tinggalnya di kos –kosan,” ungkapnya datar.
Terkait dengan kebenaran informasi tersebut, belum ada hasil investigasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Sejumlah pihak memang banyak yang mencurigai adanya praktek prostisusi liar di Tuban, seiring maraknya pendirian Hotel dan rumah kos di Tuban. (im)