kabartuban.com – Setelah melakukan aksi di Gedung DPRD, puluhan mahasiswa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Tuban melanjutkan unjuk rasa ke Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban, Senin (2/6/2025). Aksi yang berlangsung damai ini mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian.
Di depan Kantor Pemkab, massa membawa spanduk bertuliskan kritik dan tuntutan terkait buruknya pelayanan kesehatan di daerah. Melalui orasi-orasi yang disampaikan, mereka mendesak pemerintah daerah segera mengambil langkah konkret untuk menjamin hak-hak dasar masyarakat, khususnya di sektor kesehatan.
Ketua Umum PMII Tuban, Ahmad Wafa, menegaskan perlunya komitmen nyata dari Pemkab Tuban, bukan sekadar janji yang tak kunjung terealisasi.
“Kami ingin ada komitmen nyata dari pemerintah. Jangan biarkan masyarakat miskin terus menjadi korban dari sistem kesehatan yang tidak berpihak,” tegas Wafa dalam orasinya.
Salah satu tuntutan utama PMII adalah penyediaan rumah singgah bagi pasien rujukan serta bantuan akomodasi bagi warga miskin yang harus menjalani pengobatan di luar daerah. Selain itu, mereka mendesak Bupati Tuban mengevaluasi kinerja sejumlah pejabat dinas yang dianggap gagal memberikan solusi atas persoalan layanan sosial bagi masyarakat kurang mampu.
“Tindak tegas pejabat yang gagal. Jangan ada lagi warga miskin yang kesulitan mengakses layanan kesehatan dan sosial. Kebijakan pemerintah harus mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan,” lanjut Wafa.
Kekecewaan sempat dirasakan massa aksi karena Bupati Tuban tidak menemui mereka secara langsung. Mereka hanya diterima oleh perwakilan Pemkab, yaitu Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Sosial, dan Direktur RSUD Tuban.
“Kami datang ingin bicara langsung dengan Bupati. Ini soal komitmen pemimpin terhadap warganya, terutama yang sedang sakit dan kesulitan,” teriak para mahasiswa.
Menanggapi tuntutan tersebut, Kepala Dinas Sosial Tuban, Sugeng, menyampaikan bahwa pihaknya tengah memproses realisasi rumah singgah yang ditargetkan terwujud pada November 2025. Namun, Sugeng mengakui masih menghadapi kendala di lapangan.
“Kami sudah melakukan survei, tapi mencari lokasi rumah singgah yang dekat dengan rumah sakit tidak mudah. Masyarakat sekitar juga enggan jika rumah tersebut digunakan untuk pasien rujukan, karena takut tertular,” jelas Sugeng.
Meski demikian, massa aksi mengaku belum mendapatkan jawaban atau solusi terkait persoalan mendesak yang mereka hadapi saat ini.
“Rumah singgah masih akan terealisasi November, itu masih lama. Jika ada persoalan serupa saat ini, bagaimana solusinya? Sampai saat ini belum ada jawaban,” pungkas Wafa usai demo.
Aksi yang berlangsung hingga sore hari tersebut berakhir dengan tertib. Setelah menyampaikan aspirasi, massa PMII membubarkan diri secara damai dari halaman Kantor Pemkab Tuban. Mereka juga membawa kotak donasi yang akan diberikan kepada warga Sukolilo. (fah)