kabartuban.com – Kawasan wisata Sumber Krawak di Desa Guo Terus, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban, tengah menjadi sorotan publik. Pasalnya, marak aksi premanisme di lokasi tersebut hingga membuat banyak pengunjung trauma dan enggan kembali.
Sejumlah warganet ramai-ramai meluapkan keluhannya di media sosial. Salah satunya, akun Instagram info_tuban menerima pesan langsung (DM) dari pengunjung yang mengaku mengalami pengalaman menegangkan saat berada di kawasan tersebut.
“Saya trauma berat, waktu itu saya sama teman-teman ke situ malah ada orang ngintip di semak-semak. Terus ada yang nyegat bawa benda tajam. Saya sampai lari, untung ada kakak laki-laki yang bantu,” tulis seorang netizen.
Keluhan serupa juga muncul dari akun lain. Pengguna Instagram @yohan_andika menulis, “Akeh pungli, ambe premane” (banyak pungutan liar dan preman). Sedangkan akun @nurma_yudii mengaku kapok, “Banyak premannya, jadi takut mau ke sana lagi.”
Selain itu akun @aanggunly menuliskan komentarnya “gak pungli aja, pernah hunting tema fairy pakai dress malah bapak – bapak video diam-diam tanpa izin di tegur malah nyolot bahkan ngancam mau meviralkan,”
Tak hanya wisatawan luar daerah, warga sekitar juga merasa resah. Yanto, salah satu warga setempat, mengaku jarang berkunjung ke sana karena sering terjadi pemalakan.
“Biasanya yang malak bukan warga sini, tapi dari desa tetangga. Kadang dari arah Donganti atau Gunung,” ungkapnya.
Menanggapi keresahan itu, Kapolsek Montong IPTU Komari memastikan pihaknya akan meningkatkan patroli di sekitar lokasi sekaligus memasang banner imbauan agar masyarakat lebih waspada.
“Kami akan menggencarkan patroli. Pengunjung, khususnya perempuan, sebaiknya tidak datang sendirian. Minimal membawa teman laki-laki untuk menjaga,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Tuban, Mohammad Emawan Putra, menuturkan kawasan Sumber Krawak sebenarnya memiliki potensi wisata besar. Namun, hingga kini belum ada pengelolaan resmi setelah sempat vakum akibat pandemi Covid-19.
“Mungkin akan kami dorong agar desa setempat membentuk Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) supaya ada pengelolaan dan rasa aman bagi pengunjung,” ujarnya.
Hingga kini, pihak Perhutani sebagai pemilik administratif kawasan yang berkantor di Bojonegoro belum memberikan keterangan resmi terkait maraknya aksi premanisme di lokasi tersebut. (fah)