kabartuban.com – Setelah heboh fenomena kendaraan “mbrebet” usai mengisi Pertalite, kini giliran kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar kembali menjadi sorotan publik. Dalam sepekan terakhir, para sopir di Kabupaten Tuban mengeluhkan sulitnya mendapatkan solar di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Pantauan kabartuban.com, antrean panjang kendaraan tampak mengular di SPBU Sleko. Puluhan truk, pikap, dan angkutan umum berjejer hingga hampir mencapai area Taman Kota Abhipraya Tuban. Para sopir rela menunggu berjam-jam hanya demi mendapatkan jatah solar yang kian menipis.
Bahkan di beberapa SPBU lain seperti SPBU Peatung dan SPBU Dasin, stok solar dilaporkan kosong sejak beberapa hari terakhir.
Toni Herwawan, sopir angkutan umum asal Kecamatan Kerek, mengaku sudah lebih dari seminggu kesulitan mencari solar. Ia terpaksa antre di SPBU Seleko sejak pukul 09.00 hingga 12.30 WIB demi bisa mendapatkan bahan bakar Solar.
“Sudah dari sepuluh hari terakhir sulit sekali cari solar, mas. Terpaksa antre berjam-jam begini. Kadang kalau benar-benar habis, ya beli eceran,” ujar Toni dengan nada lelah.
Ia berharap kelangkaan solar seperti ini tidak lagi terulang setiap akhir tahun.
“Kalau bisa jangan sampai setiap tahun begini terus, mas. Kasihan sopir-sopir seperti kami,” tambahnya.
Hal senada disampaikan Ali, sopir truk asal Desa Bektiharjo. Ia mengatakan, sejak empat hari terakhir, solar semakin sulit didapat. Hari itu, ia mengaku antre dari pukul 10.00 pagi dan baru bisa mengisi sekitar pukul 14.00 WIB.
“Banyak SPBU kosong, jadi mau tidak mau ya antre di sini. Biasanya saya bisa angkut pasir dua kali dalam sehari, tapi karena antrean panjang, hari ini cuma bisa sekali,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Murtaji warga asal Sumurgung, Tuban mengatakan pihaknya dari Babat, Lamongan, sampai Tuban yang ada Solarnya hanya di SPBU Seleko.
“Saya mencari solar dari Babat hingga Tuban ini semuanya kosong mas dan baru ada di SPBU Sleko ini,” ungkapnya.
Menurutnya, fenomena kelangkaan solar ini bukan hal baru. Hampir setiap tahun, menjelang akhir tahun, solar selalu sulit didapat.
“Setiap akhir tahun pasti begini, mas. Kalau pun ada, antreannya luar biasa panjang,” keluhnya.
Sementara itu, Teguh, pengawas SPBU Gesing, membenarkan adanya pembatasan pasokan dari Pertamina. Ia mengungkapkan bahwa biasanya SPBU di tempatnya menerima kiriman solar sebanyak 24 ton, namun dalam beberapa minggu terakhir hanya mendapat sekitar 16 ton.
“Pembatasan ini sudah berlangsung sekitar satu minggu terakhir. Biasanya dapat 24 ton, sekarang cuma 16 ton. Jadi harus kita bagi rata supaya semua kebagian,” jelasnya.
Untuk menghindari kekosongan total, SPBU kini menerapkan pembatasan pembelian. Truk besar diberi batas maksimal Rp500 ribu per pengisian, sedangkan truk kecil dan kendaraan ringan dibatasi antara Rp200 ribu hingga Rp300 ribu.
“Kita juga simpan sebagian solar di tangki penyimpanan agar pompa tidak cepat rusak dan stok bisa bertahan sampai pasokan berikutnya datang,” pungkas Teguh.
Kelangkaan solar yang hampir menjadi “ritual tahunan” ini membuat banyak sopir berharap pemerintah dan Pertamina segera mengambil langkah konkret, agar roda ekonomi masyarakat secara harfiah tidak ikut tersendat di tengah antrean panjang di SPBU.
Sementara itu, Area Manager Communication, Relations, & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Ahad Rahedi belum memberikan keterangan secara resmi ketika di konfirmasi awak media ini. (fah)

