kabartuban.com – Banjir bandang yang menggenangi sejumlah wilayah di Kabupaten Tuban setiap tahun, membuat sebagian masyarakat Tuban mempertanyakan kinerja Pemerintah dalam penanggulangan bencana banjir yang terus berulang setiap tahun tersebut. Luapan air yang menggenangi area pertanian di Desa Kapu dan banjir bandang di Desa Tuwiri Kecamatan Merakurak kemarin, Minggu (6/12/2015) membuat sejumlah warga geram, pasalnya hal itu terus berulang setiap tahun dan seolah tidak ada penanggulangan yang matang dari pihak Pemkab.
“Soal (banjir) itu di (Desa) Kapu dan Tuwiri kan sudah langganan setiap tahun. Seharusnya dari pihak pemerintahan kan sudah jauh hari memprediksi dan melakukan langkah pencegahan supaya tidak begini (banjir) terus. Kasihan itu masyarakat, apalagi yang sawahnya tenggelam air banjir,” kata Darnawi warga Kecamatan Merakurak, saat berada di lokasi banjir bandang.
Senada dengan Darnawi, Basuki warga Desa Sugihan Kecamatan Merakurak juga berkeluh kesah, “Bukan cuma Kapu sama Tuwiri, nanti bisa mbrentek ke tepat saya juga ini airnya. Saya ini orang kecil, tapi terkadang mikir, masak Pemkab nggak punya solusinya,” ujar pemuda tani tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban, Joko Ludiono mengatakan, “Kalau yang di (Desa) Kapu itu bukan banjir ya, tapi itu genangan air yang merupakan ‘kiriman’ dari daerah Jadi Kecamatan Semanding. Kemarin itu luapan debit air hujan di atas 10 mm karena hujan hampir dua jam pada hari sabtu malam minggunya,” terang Joko saat ditemui di kantornya, Senin (7/12/2015).
Lebih lanjut Joko Ludiono menjelaskan, kita sudah memprediksi semuanya dan melakukan langkah pencegahan sejak musim kemarau. Kemudian untuk yang Tuwiri, itu air kiriman dari Tegalpelem. Pemerintah Kabupaten Tuban sudah berencana untuk membendung di atas, daerah Koro Merakurak, anggaran sudah disiapkan dan nanti pembangunannya di atas lahan milik Perhutani.
“Saya bersama Wabup (Wakil Bupati) dan Kepala Dinas PU sudah memeriksa di sejumlah lokasi rawan banjir. Sekarang sudah dalam proses akan membangun bendungan di daerah Koro itu, dan anggaran sudah disiapkan. Kalau untuk teknis pembangunan, itu dalam penanganan Dinas PU,” tuturnya.
Menurutnya, banjir bandang bermula pada tahun 2014 dan pemerintah dengan pihak ketiga (tenaga ahli) sudah membuat peta rawan banjir. Selanjutnya, pemerintah melakukan penanganan dan penanggulangan secara bertahap. “Salah satunya di daerah Nglirip Singgahan sudah dibangun tembok penahan, itu sudah cukup mengurangi,” imbuhnya.
Sementara itu, data yang diperoleh wartawan media ini menyebutkan sejumlah wilayah yang kemungkinan banjir bandang diantaranya, daerah Grabakan air bisa mengarah ke Rengel, Air dari Jadi bisa menggenang ke daerah Kapu Merakurak, air dari Dermawu menuju Genaharjo Semanding, dan daerah Montong termasuk Goa Terus juga harus diwaspadai dari dampak alam yang kurang bersahabat. (im/riz)