kabartuban.com – Rabu (2/5), Banyak cara bagi penghuni Republik ini untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada hari ini di Tahun 2012. Dalam teks sambutan Mendikbub menyatakan bahwa tema Hardiknas kali ini adalah “Bangkitnya Generasi Emas Indonesia”. Mantan Rektor ITS Surabaya itu menyampaikan ambisinya untuk mempersiapkan putra – putri terbaik bangsa ini guna menyongsong 100 tahun kemerdekaan NKRI pada 2045.
Di hari kelahiran Ki Hajar Dewantoro ini kabartuban.com menyampaikan keluhan sebagian masyarakat Tuban terkait ketenagakerjaan di perusahaan Semen plat merah yang ada di Tuban. Ir. Hari Subagyo selaku Humas PTSG membenarkan bahwa sedikitnya warga Tuban yang menjadi pegawai di PTSG adalah karena Sumber Daya Manusia warga Tuban masih rendah, sehingga dalam kualifikasi tidak memenuhi standart untuk bekerja menjadi pegawai di PTSG. “Misalnya kualifikasi pendidikan harus D3 dan S1, kemudian harus lulus dengan uji kompetensi yang lain”, kata Hari.
Hari melanjutkan, Namun demikian, bukan berarti tidak ada warga Tuban yang menjadi pegawai di PTSG. “Datanya ada itu mas, banyak juga warga Tuban yang menjadi pegawai di PTSG. Nanti akan saya mintakan datanya di pak Faiq”, kata Hari.
Hari tidak membantah bahwa menurut PTSG, SDM warga Tuban masih minim dan masih dibawah standart SDM kepegawaian PTSG. Pernyataan yang sudah lama menjadi buah bibir masyarakat ini mengundang pro kontra dari sebagian warga Tuban.
Rustamuri, salah satu warga Kecamatan Kerek ini menceritakan pengalamannya kepada kabartuban.com beberapa waktu yang lalu. Rustam mengatakan, “Memang selalu itu yang menjadi alasan pihak PTSG untuk tidak dapat menerima warga Tuban menjadi pegawai di PTSG”, “yang banyak hanya menjadi buruh dan pekerja kasar, itu pun outsorching”, kata Rustam.
Hal senada juga disampaikan oleh Sudi. Kaur Kesra Desa Sumber Arum ini mengatakan dengan tegas bahwa “apa yang disampaikan pihak PTSG bahwa SDM warga Tuban itu sangat minim, sangatlan tidak masuk akal. Buktinya anak – anak Tuban yang menjadi orang sukses di Ibu kota banyak”, kata Sudi.
Lebih lanjut Sudi mengatakan, “informasi yang saya dapat, untuk menjadi pegawai di PTSG itu juga harus punya orang dekat di dalam dan ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi. Itu pun tidak sembarang orang. Tapi sayangnya informasi itu tidak bisa diperkuat dengan bukti”. “Seolah – olah ada kesengajaan warga Tuban dipersulit masuk BUMN itu, khusunya warga sekitar. Salah satunya dengan alasan SDM wong Tuban rendah”, tegas Sudi.
Saya curiga alasan itu dibuat – buat agar BUMN itu tidak banyak diisi oleh warga Tuban, sehingga oknum pegawai PTSG bisa dengan mudah memasukan orang – orang terdekatnya ke perusahaan tersebut. Lihat saja pemegang jabatan penting di sana selalu orang dari daerah lain. Kalau pun ada, paling hanya beberapa gelintir dan kemudian akan digunakan untuk pencitraan PTSG, bahwa pihaknya juga peduli dan memperhatikan SDM lokal.
Mengenai keterbatasan SDM warga Tuban yang disampaikan oleh PTSG tersebut, Husnul Abidin Direktur Eksekutif Lembaga Clean Governance ikut angkat bicara. Kepada kabartuban.com Abidin mengatakan, “Saya tidak memihak dan menuduh siapa pun. Namun, jika memang benar SDM warga Tuban tidak layak untuk diterima menjadi pegawai di PTSG, seharusnya pihak PTSG berpikir. Selama kurang lebih 20 tahun perusahaan ini berdiri di Tuban, PTSG ngapain aja. Dengan kekuatan anggaran CSR yang dimiliki PTSG, bukan hal yang sulit bagi mereka untuk upgrade SDM anak – anak Tuban sehingga dikatakan mampu menurut standart mereka, dan bisa masuk dalam struktural kepegawaian di PTSG”.
Dana CSR sejumlah 4% dari laba perusahaan itu untuk apa saja?, apa habis untuk mengundang artis dan buat pencitraan?. Misalnya pada tahun 2010 laba PTSG 3,6 Trilyun, 4% dari 3,6 Trilyun sudah 144 Milyar. Jika alokasi penyaluran CSR untuk Tuban dianggarkan 60% dari total dana CSR, maka ada 86,4 Milyar dari dana CSR yang harus disalurkan untuk Tuban. Dana sebesar itu ke mana saja larinya?, mencetak sarjana yang berkwalitas dari anak daerah apa tidak bisa?. Jangankan sekedar sarjana, anggaran itu juga bisa mencetak Doktor di sini.
Namun, lanjut Abid, terkait lemahnya SDM di Tuban itu bukan 100 % tanggung jawab PTSG. Pemerintah juga harus jeli dan bekerja dengan baik untuk peningkatan SDM di Tuban, dana – dana APBD maupun APBN untuk pendidikan harus didistribusikan dengan benar. Sehingga, jika SDM masyarakat Tuban terus meningkat, warga Tuban tidak terus – terusan menjadi “Buruh” di rumahnya sendiri.
Dengan tegas Abidin mengatakan, “Jangan heran jika kecemburuan sosial ini terjadi. Sudah pasti dan itu wajar. Masyarakat melihat raksasa BUMN berdiri tegak di daerahnya, akan tetapi untuk masuk menjadi pegawai di sana begitu sulit. Sedangkan posisi penting diduduki orang luar daerah, dan warga Tuban kebanyakkan hanya menjadi pekerja rendahan dan outsorching”. “Wajar jika masyarakat merasa terjajah”, tegas Abid.
“Saya berharap semua pihak dapat berpikir jernih dan bekerja semaksimal mungkin demi kepentingan masyarakat. Kepentingan individu dan golongan harus dipinggirkan. Jangan sampai perang dingin ini berkepanjangan, timbul konflik, dan terjadi perang terbuka “Perusahaan Vs Warga” seperti yang telah terjadi di beberapa daerah di Republik ini. (iim)