kabartuban.com – Selama pandemi Covid-19, masker merupakan benda wajib yang harus dipakai masyarakat ketika berada di luar rumah. Penggunaan masker pada masa pandemi ini diyakini dapat menangkal penularan virus Covid-19 sampai 90 persen.
Namun, tidak jarang ditemui penggunaan masker yang dipakai berulang kali oleh masyarakat ternyata mengandung bakteri dan mikroba yang berasal dari kulit dan droplet.
Dilansir dari detik.com, percobaan yang dilakukan Laboratorium Eurofins, Singapura, menunjukkan bahwa bakteri, ragi dan jamu ditemukan dalam jumlah banyak ketika masker dipakai dalam waktu 6 jam sampai dengan 12 jam.
Pengujian masker tersebut melibatkan masker sekali pakai dan masker yang dapat digunakan kembali dengan tujuan untuk perbandingan dan melihat jumlah total bakteri, ragi dan jamur, serta Staphylococcus aureus, yang umumnya terkait dengan infeksi kulit, dan Pseudomonas aeruginosa, yang terkait dengan ruam.
Eksperimen tersebut menemukan masker yang dipakai dalam periode yang lama memiliki jumlah bakteri dan jamur lebih banyak sehingga meningkatlkan risiko sakit.
“Pada tingkat rendah, sistem kekebalan Anda menjaga mereka tetap terkendali, tetapi pada tingkat yang tinggi, hal itu dapat menyebabkan reaksi alergi ringan hingga parah, masalah pernapasan, dan bahkan infeksi hidung,” kata Dr John Chen, asisten profesor di departemen mikrobiologi dan imunologi di National University of Singapore.
Karena sulit untuk memastikan apakah ada bakteri berbahaya yang ada pada masker, disarankan bagi orang untuk sering mencuci masker, atau menggantinya sesering mungkin. (dil)