Tak Hanya Menjual Keindahannya, Batik Gedog Sekar Ayu Juga Miliki Filosofi

45

kabartuban.com – Batik adalah bentuk seni rupa murni dua dimensi dengan penggunaan bahan lilin serta memiliki corak atau motif yang khas dan memiliki nilai estetika. Batik merupakan hasil karya peninggalan budaya Indonesia yang sampai saat ini masih dikembangkan dan dilestarikan oleh pengrajin batik. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang menjadi pengrajin batik salah satunya Batik Gedog Sekar Ayu yang berada di Kecamatan  Kerek. Berbeda dari pengrajin batik lainnya, batik Sekar Ayu ini memilik makna atau filosofi  tersendiri di setiap lembar kain batik yang dibuatnya.

Uswatun Khasanah, pemilik batik Sekar Ayu ini juga menjelaskan bahwa batik Gedog ini memiliki unsur kepercayaan yang menjadi satu mulai dari Cina hingga Hindu.

“Batik gedog ini memiliki unsur kepercayaan yang menjadi satu, jadi ada unsur Cina, Hindu Jawa, Islam, India dan beberapa lainya,” jelasnya, Jumat (22/10/2021).

Tak hanya itu, disetiap lembar kain  Batik Kerek ini memiliki filosofi yang berbeda-beda mulai dari kelahiran sampai kematian.

“Jadi ini kan pas jamannya Pakde Karwo kan mewajibkan setiap batik ada nama dan filosofinya namun di Tuban sudah ada dan sudah diterapkan sejak dahulu,” tambahnya.

Bukan hanya mengenai filosofi saja, di Kecamatan Kerek setiap ada acara pernikahan atau lamaran wajib menggunakan seserahan kain Batik meskipun hanya lima lembar saja. Dan adat tersebut merupakan satu-satunya yang ada di Tuban.

Jika para pengrajin batik lainya menggunakan lilin atau malam sebagai media pewarnaan kini berbeda dengan batik Gedog ini. Bukan dari motif saja yang menarik ternyata Batik Gedog  ini juga menggunakan pewarnaan alami yaitu dari tanaman daun dan kayu yang ditanam sendiri sehingga limbah yang dihasilkan pun tidak mencemari lingkungan sekitar.

Tak lepas dari dampak Covid-19, Uswatun Khasanah pemilik batik Sekar Ayu ini juga menjelaskan bahwa usaha miliknya juga merasakan dampaknya. Namun mesti begitu, dirinya mengaku tidak ingin menimbulkan banyaknya pengangguran di Desa Kerek.

“Karyawan saya hanya 5 yang bekerja di sini, tapi biar tidak banyak menimbulkan pengangguran, karyawan yang lain tetap saya pekerjakan tapi di rumah masing-masing,” jelasnya. (nat/hin)

/