Tanamkan Nasionalisme, Mahasiswa STITMA Ziarahi Makam Tumenggung Arya Tejo

1197
Para mahasiswa STITMA didampingi Dosen dan masyarakat sekitar makam saat usai berziarah di makam Tumenggung Aryo Tejo.

kabartuban.com – Belasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim (STITMA) Tuban, turut serta memperingati HUT Republik Indonesia ke 72 dengan berziarah ke Makam Tumenggung Arya Tejo yang merupakan Bupati Tuban ke 7.

Bertepatan dengan 17 Agustus 2017, Mahasiswa yang juga menjadi peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Perguruan milik ini Nahdlatul Ulama (NU) ini bersama masyarakat mengejar Tahlil dan doa bersama, sebagai wujud mengenang jasa para pahlawan yang telah memerdekakan negeri tercinta ini.

Seperti yang disampaikan Jamal Ghofir, selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), penting bagi generasi muda untuk memahami sejarah kemerdekaan, begitu juga para pahlawan. Karena dengan mempelajari sejarah pra dan pasca kemerdekaan, para penerus bangsa, bisa mengambil nilai perjuangan yang harus tetap dikobarkan demi kemajuan Republik Indonesia kedepan.

“Jangan sampai, tidak mengetahui atau bahkan lupa dengan sejarah perjuangan para Ulama’, pesantren dan Pahlawan kita” ujar Jamal sapaan akrabnya pada kabartuban.com, Kamis (17/8/2017).

Kegiatan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk memperkuatkan dan memupuk jiwa Nasionalisme kebangsaan pada Mahasiswa dan masyarakat sekitar dalam meneguhkan nilai-nilai tradisi yang telah diwariskan sejak zaman pejuang dahulu.

“Tradisi kirim doa pada para pejuang, Ulama’ jangan sampai luntur,” pesannya.

Sementara itu, salah satu mahasiswa yang juga menjadi koordinator KKN Desa Dagangan, Affandi mengatakan, pihaknya dan temannya bersyukur bisa menikmati kemerdekaan, ia membayangkan kalau hidup zaman Pra Kemerdekaan  mungkin tidak bisa seperti hari ini.

“Istiqosah dan Tahlil ini sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah atas kemerdekaan ini” imbuhnya.

Kenapa memilih makam Tumenggung Aryo Tejo ? Affandi mengungkapkan bahwa Tumenggung Arya Tejo adalah juga bagian yang tak terpisahkan sebagai tokoh, walau jauh sebelum kemerdekaan. (Dur)

/