Aroma Menyengat Batu Bara Muncul dari Aktivitas PT SBI, Perusahaan Beri Klarifikasi

kabartuban.com – Sejumlah warga di sekitar pelabuhan pabrik semen PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) mengeluhkan pencemaran lingkungan yang diduga terjadi saat proses pembongkaran muatan. Keluhan ini mencuat di media sosial sejak Minggu (05/01/2025).

Warga melaporkan adanya debu tebal dan aroma batu bara yang menyengat, yang diduga berasal dari aktivitas bongkar muat di pelabuhan tersebut. Kondisi ini dinilai mengganggu kenyamanan dan berpotensi membahayakan kesehatan.

Dalam video yang berdurasi kurang lebih 1 menit yang disebarkan melalui grup Facebook Media Informasi Tuban (MIOT), seorang warga mengungkapkan kekesalannya dan meminta agar aktivitas pembongkaran batu bara tersebut dihentikan.

“Bau batu bara menyengat, tolong hentikan ya, batu bara semen SBI, Dynamix, Holcim, masuk ke pemukiman warga, baunya menyengat sekali,” ucap warga dalam video tersebut.

Setelah video tersebut beredar di media sosial, pembuat video yang enggan disebut namanya itu saat dikonfirmasi oleh wartawan media ini, mengungkapkan bahwa pihaknya sudah merasa tidak kuat dengan aroma batu bara di sana, karena setiap kali pembongkaran dilakukan, aroma batu bara tercium menyengat hingga ke pemukiman warga.

“Debu dan aroma batu bara itu sudah lama, Mas. Intinya kan kita hanya rakyat kecil dan saya itu sudah nggak kuat, Mas, mosok bendino kok ngene terus (masak setiap hari kok begini terus),” ujarnya pada Senin (06/01/2025).

Dikatakan olehnya, bahwa ia juga telah mengajukan protes ke pihak RT setempat, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), juga Pemerintah Desa (Pemdes). Namun, hingga saat ini belum mendapatkan tindak lanjut. Ia berharap akan ada solusi dari pihak Pemdes dan pihak perusahaan dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Tak sampai di sana, seorang warga Glondonggede yang juga enggan disebutkan namanya turut mengungkapkan keluhannya terkait debu dari aktivitas pabrik PT SBI. Menurutnya, debu tersebut sering kali mengganggu kenyamanan warga sekitar.

“Debu dari aktivitas pabrik cukup mengganggu. Namun, sejauh ini tidak ada kompensasi langsung untuk warga,” ujarnya.

Meski demikian, warga tersebut mengakui bahwa pihak PT SBI sudah menyalurkan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) ke desa setempat.

“CSR dari PT SBI memang sudah disalurkan ke Desa kami,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Desa Glondonggede, Daimun, mengaku belum menerima laporan resmi dari masyarakat terkait gangguan aktivitas pabrik. Meski begitu, ia berkomitmen akan menindaklanjuti keluhan jika memang ada laporan dari warga.

“Saya baru tahu tentang keluhan ini dari Anda (wartawan). Jika memang ada laporan dari masyarakat, kami akan segera mengkoordinasikannya dengan pihak perusahaan,” ujar Daimun.

Di sisi lain, Corporate Communications Region 3 PT SBI, Ario Patra Nugraha, menyampaikan bahwa debu dari batu bara yang muncul di sekitar wilayah perusahaan disebabkan oleh fenomena self combustion atau pembakaran spontan. Fenomena ini terjadi akibat sifat kimia alami batu bara yang dapat teroksidasi dan terbakar ketika terpapar udara dalam kondisi tertentu.

“Karena efek cuaca buruk, kapal tongkang yang membawa batu bara yang seharusnya tiba pada 5 Desember 2024 baru sampai pada 5 Januari 2025. Keterlambatan ini menyebabkan batu bara mengalami oksidasi selama perjalanan, sehingga terbakar saat hendak dibongkar,” jelas Ario.

Ario menambahkan bahwa kapal tongkang yang dioperasikan oleh PT Anugerah Bersama sempat tertahan di Pulau Masalembu untuk menghindari cuaca buruk. Lamanya perjalanan mengakibatkan batu bara di kapal mengalami pembakaran spontan.

“Awak kapal bersama tim kami langsung memadamkan api sebelum proses bongkar muat dilakukan. Setelah itu, batu bara dipindahkan ke storage menggunakan conveyor belt,” lanjutnya.

Ario menjelaskan bahwa sebelum insiden tersebut, tidak ada debu yang mencemari lingkungan. Namun, kebakaran batu bara tersebut memicu bau yang tercium hingga ke pemukiman warga.

Ketika ditanya mengenai debu dari aktivitas pabrik, Ario menyatakan bahwa pihak perusahaan selalu berupaya meminimalkan penyebaran debu, baik dari batu bara maupun partikel semen. Menurutnya, penyebaran partikel semen justru merugikan perusahaan, sehingga langkah-langkah pencegahan terus dilakukan.

“Tidak mungkin kami sengaja menebarkan debu atau partikel semen,” pungkasnya. (fah/za)

Populer Minggu Ini

Warga Keluhkan Tukang Becak yang Padati Gang Akibat Perubahan Jalur di Kota Tuban

kabartuban.com – Warga Kebonsari, khususnya di Gang 6 dan...

Dua Proyek Besar di Tuban Terlambat, Inspektorat Daerah: Itu Hal yang Wajar

kabartuban.com – Dua proyek besar di pusat Kota Tuban...

Sempat Jadi Desa Miliarder, Nasib Warga Desa Sumurgeneng Kini Berubah Drastis

kabartuban.com – Pernah viral dengan julukan Desa Miliader setelah...

Transformasi SDM dan Kemiskinan Jadi Sorotan di Forum Konsultasi Publik RKPD 2026 Tuban

kabartuban.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban melalui Badan Perencanaan...

Pelajar Meninggal Dunia Usai Jadi Korban Tabrak Lari di Tambakboyo

kabartuban.com – Pelajar asal Tambakboyo, Tuban, meninggal dunua usai...
spot_img

Artikel Terkait