kabartuban.com — Luas panen padi di Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan sekitar 81,85 ribu hektar atau 4,82 persen dibandingkan dengan tahun 2023, yang luas panennya mencapai 1,70 juta hektare. Hal ini menjadikan luas panen padi di Jatim diperkirakan hanya mencapai 1,62 juta hektar pada tahun 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat, sepanjang Januari hingga September 2024, luas panen padi tercatat sebesar 1,41 juta hektare, turun sekitar 72.890 hektare atau 4,92 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023, yang mencapai 1,48 juta hektare.
“Sementara itu, potensi luas panen padi pada Oktober−Desember 2024 diperkirakan sekitar 208,48 ribu hektare,” tulis BPS Jatim dalam laporan terbaru, dikutip dari Jatimtime, Rabu (13/11/2024).
Menurut Survei Kerangka Sampel Area (KSA), puncak panen padi pada 2024 terjadi pada bulan April, berbeda dengan tahun sebelumnya yang terjadi pada bulan Maret. Pada April 2024, luas panen mencapai 0,37 juta hektare, lebih tinggi sekitar 854,03 hektare atau 0,23 persen dibandingkan dengan Maret 2023.
Selain itu, BPS Jawa Timur memperkirakan total produksi padi di provinsi ini sepanjang Januari−September 2024 sebesar 7,95 juta ton GKG (gabah kering giling), yang mengalami penurunan sekitar 406.100 ton GKG (4,86 persen) dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yang mencapai 8,36 juta ton GKG. Berdasarkan hasil Survei KSA pada September 2024, potensi produksi padi untuk periode Oktober−Desember 2024 diperkirakan mencapai 1,27 juta ton GKG.
Dengan demikian, total produksi padi di Jawa Timur sepanjang 2024 diperkirakan sebesar 9,23 juta ton GKG, mengalami penurunan sebesar 484.320 ton GKG atau 4,99 persen dibandingkan dengan total produksi padi pada 2023 yang sebesar 9,71 juta ton GKG.
“Produksi padi tertinggi pada 2023 terjadi di bulan Maret, sedangkan 2024 terjadi di bulan April. Sementara produksi padi terendah pada 2024 terjadi di bulan Januari. Produksi padi pada April 2024 yaitu sebesar 2,14 juta ton GKG, sedangkan produksi padi pada Januari 2024 sebesar 277,04 ribu ton GKG,” terang BPS Jatim.
Kabupaten Lamongan, Ngawi, dan Bojonegoro diperkirakan akan mencatatkan produksi padi tertinggi pada 2024. Sementara itu, Kota Mojokerto, Kota Blitar, dan Kota Batu diperkirakan akan mencatatkan produksi padi terendah.
Beberapa daerah mengalami penurunan produksi yang signifikan, seperti Kabupaten Gresik, Blitar, dan Banyuwangi. Sebaliknya, beberapa kabupaten seperti Tuban, Pasuruan, dan Bondowoso diperkirakan mengalami peningkatan produksi padi yang cukup besar.
Dalam konversi ke dalam bentuk beras untuk konsumsi pangan, produksi padi Jawa Timur pada periode Januari−September 2024 diperkirakan setara dengan 4,59 juta ton beras, mengalami penurunan sebesar 234.490 ton (4,86 persen) dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023 yang sebesar 4,83 juta ton beras. Potensi produksi beras untuk periode Oktober−Desember 2024 diperkirakan mencapai 735.930 ton.
Dengan demikian, total produksi beras di Jawa Timur pada 2024 diperkirakan sekitar 5,33 juta ton, yang juga mengalami penurunan sebesar 279.660 ton (4,99 persen) dibandingkan dengan produksi beras pada 2023 yang mencapai 5,61 juta ton.
“Produksi beras tertinggi pada 2024 terjadi di bulan April, yaitu sebesar 1,23 juta ton. Sementara itu, produksi beras terendah terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 0,16 juta ton,” papar BPS Jatim.
Pada 2023, produksi beras tertinggi terjadi pada bulan Maret dengan jumlah 1,22 juta ton, sementara produksi beras terendah tercatat pada bulan Januari sebesar 0,18 juta ton. (za)