Mengenal Tuban Dalam Buku

1503

bukukabartuban.com  – Mengenal Kabupaten Tuban tidak cukup sekedar dengar empirik, namun pengetahuan referentif kiranya sangat dibutuhkan bagi seseorang yang ingin mengenal Tuban lebih jauh. Jika diperbandingkan, rangkaian cerita tentang Tuban lebih banyak bisa didapatkan dalam foklor (cerita yang tersebar di masyarakat) daripada yang telah tersusun dalam lembaran referentif.

Dari sejumlah data dan informasi yang didapat wartawan media ini, di kota tua yang memiliki banyak julukan ini, terdapat banyak sekali bukti – bukti sejarah masa silam, Jum’at (3/1/2014). Sejarah dalam frame religius, nasionalisme, bahkan kedigdayaan Nusantara masa silam. Hingga saat ini, nampak jelas plurarisme kota Tuban yang tidak bisa dinafikan dengan satu klaim imej tertentu, meskipun ada sesuatu yang sangat dominan di Tuban terkait dengan aroma religius yang tidak bisa dibantah. Namun demikian, kekuatan budaya masyarakat non religius juga begitu kuat di sejumlah wilayah di Kabupaten Tuban.

Untuk mengenal Tuban lebih jauh, Perpustakaan Daerah Tuban telah menyediakan beberapa buku referensi yang akan mengantarkan kita dalam kebesaran Bumi Ronggolawe yang saat ini sedang diberi Brand City baru yaitu Bumi Wali.

Sejumlah buku referensi Kabupaten Tuban yang terdapat di Perpustakaan Daerah diantaranya, Pesona Tuban (Irama Nikmatnya Masakan). Buku yang yang berisi seputar jenis dan resep masakan tradisional Tuban ini diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tuban (masa Bupati Heany) yang bekerjasama dengan Pusat Kajian Makanan Tradisional UGM pada tahun 2007.

Terdapat pula buku “Cerita Rakyat Tuban Jawa Timur” yang diterbitkan dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa. Kedua buku tersebut diterbitkan oleh penerbit Grasindo Jakarta. Dalam versi Bahasa Indonesia ditulis oleh Edy Santoso dan terbit pada tahun 2004. Sedangkan dalam versi bahasa jawa ditulis oleh  Suprapto Brata (Anggota Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya) yang terbit pada tahun 2007.

Selain itu, terdapat pula buku yang pernah menjadi rujukan besar sejarah Tuban. Meskipun sudah tidak terlihat lagi versi aslinya pada koleksi perpustakaan, buku yang berjudul “Catatan sejarah 700 Tahun Tuban” itu tersedia beberapa eksemplar dalam bentuk foto copy. Buku tersebut disusun oleh R. Soeparmo, dan terbit pertama kali pada tahun 1983.

Dalam ringkasan sejarah 7 abad kota Tuban, R. Soeparmo mengawali karyanya dengan memaparkan Tuban dalam kekuasaan Airlangga.  Dalam beberapa paragrap pembukanya Soeparmo menulis ;

“Airlangga menjadi raja Medang (1019 – 1041) sesudah negeri itu dirusakkan oleh musuh. Kemudian Airlangga mendirikan kraton baru di Kahuripan. Kemakmuran rakyat diperhatikan dengan benar. Aliran sungai berantas diperbaiki, sehingga perahu – perahu dapat berlabuh dengan tenang dan aman di Hujung Galuh, pelabuhan Kahuripan yang makmur pada masa itu.

Karena Hujung Galuh menjadi pelabuhan utama untuk perniagaan antar pulau, maka pelabuhan antar antar negara ditempatkan di Kambang Putih, yakni di atau dekat Tuban sekarang.

Oleh Airlangga diambil sejumlah tindakan untuk memajukan perniagaan di sana. Antara lain pembebasan dari beberapa jenis pajak. Orang – orang asing yang berdagang di sana berasal dari jauh. Menurut daftar yang  terdapat dalam prasasti, Airlangga termasuk pedagang dari India Utara, India Selatan, Birma, Kamboja, dan Campa. Hal yang menarik perhatian adalah ketiadaan orang – orang Tiongkok dalam daftar itu.

Rupanya hal itu disebabkan karena Tingkok dimana perniagaan luar negeri menjadi urusan pemerintah, semata – mata berdagang dengan Sriwijaya seperti dahulu. Pelabuhan Tuban menurut peraturan jalan – jalan menghubungkan kota tersebut dengan pusat negara yang mungkin sekali letaknya agak dalam, dan menurut keyakinan kami di daerah Mojokerto.

Sejumlah prasasti dari zaman Airlangga yang didapat di daerah babat, Ngimbang dan Ploso, menunjukkan bahwa justru daerah melalui jalan dari Tuban ke Babat menuju Jombang mendapat perhatian yang besar dari Airlangga.

Tidak hanya R. Soeparmo yang mengulas Tuban di masa lampau. Karya monumental yang cukup kuat menggambarkan kejayaan daerah ini adalah “Arus Balik”, yang ditulis oleh sastrawan besar negeri ini, yaitu Pramudya Ananta Toer.

Buku lama yang juga layak untuk dibaca adalah buku lama yang diterbitkan PT Aries Lima (anggota IKAPI) pada tahun 1985. Buku yang berjudul “Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan bersama Brigade Ronggolawe” ini disusun oleh tim penyusun khusus, dan saat ini koleksinya sangat terbatas.

Untuk lebih memahami tentang Kabupaten Tuban, tidak ada salahnya juga ketika kita membuka lembaran “Atlas Tematik Kabupaten Tuban (Administrasi  Pemerintahan dan Pusat Perdagangan Sumber Daya Alam, dan Sosial Budaya)”. Buku ini disusun oleh M. Mahyuzar dan diterbitkan oleh penerbit Aneka Ilmu pada tahun 2009.

Tidak ketinggalan pula, buku terbaru yang diterbitkan Pemerintah Kabupaten Tuban di bawah pimpinan Bupati Fathul Huda, adalah buku yang berisi napak tilas sejarah para Wali di Tuban. Buku yang berjudul “Tuban Bumi Wali Spirit of Harmony” itu diterbitkan dan didistribusikan dengan terbatas. (iim sahlan)

/