Motif batik Gedeg atau yang disebut dengan motif Owal-awil merupakan motif yang diyakini mempunyai makna keharmonisan antara hubungan laki-laki dan perempuan. Motif ini pada zaman dahulu banyak digunakan untuk calon pengantin yang biasanya juga di ukir pada dipan (tempat tidur).
Rony Firman Firdaus, selaku Staff museum Kambang Putih Tuban menerangkan, motif owal-awil atau yang di kenal dengan motif gedeg (anyaman bambu) merupakan motif dari penyatuan keharmonisan antara laki-laki dan perempuan.
“Ini motif anyaman bambu yang dituangkan dalam bentuk motif batik, motif ini saling kait mengait, yang artinya sebuah keharmonisan hubungan antara laki-laki dan perempuan,” terang Roni kepada kabartuban.com, Sabtu (12/3/2016).
Roni melanjutkan, simbol keharmonisan laki-laki di dilambangkan dengan burung, yang maknanya keperkasaan, terbang mencari nafkah, sedangkan yang perempuan dilambangkan dengan bunga kenanga yang bermakna keharuman, kecantikan dan kelembutan.
Namun, menurut ahli yang pernah mengamatinya, motif owal-awil banyak yang mendasari seperti swastika atau banzi, yang dasarnya dari hindia atau cina.
“Kalaupun itu dari swastika atau banzi, bentuknya hanya leter L tidak penuh, kalau gedeg penuh semua, jadi kalau menurut saya motif ini seperi motif anyaman bambu yang disebut dengan gedeg,” tandas Roni.
Menerut Roni, setiap kreasi seni tidak lepas dari apa yang diamati oleh panca indra, mulai yang didengar telinga, maupun yang dilihat mata dan rasanya. Dan bentuk seperti itu sudah lazim di Tuban atau di tanah Jawa umumnya yang di sebut dengan gedeg yang dituangkan dalam motif batik.
“Jadi motif itu kita ketahui muncul dari Tuban, yang mana sentra batik sekarang di Kerek,” katanya.
Motif owal-awil, juga dihiasai dengan tumpal atau yang disebut dengan motif segitiga, yang biasanya motif tersebut ada dikaki candi yang bermotif timbul.
Untuk diketahui, bahwa bahan pembuatan batik gedeg itu selurunya dari sumber alam lokal Tuban, dari kapasnya, tenunnya, pewarnanya, sampai motifnya dari kearifan lokal. (har)