kabartuban.com – Jumlah pengangguran di Tuban saat ini mengalami peningkatan, dalam satu tahun kemarin, terhitung mulai tahun 2014 sd 2015 ada 3.000 pengangguran yang tercatat belum terserap ke pekerjaan formal. Pasalnya, peningkatan tersebut disebabkan dari lulusan SLTA yang tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
Suwanto, selaku Staff Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Tuban menyatakan, untuk mengurangi penganguran di wilayah Tuban, saat ini pemerintah melalui dinas-dinas terkait menciptakan tenaga kerja sendiri, sehingga tidak bergantung pada industri yang merupakan sektor pekerjaan formal.
“Masyarakat harus mencoba melirik kegiatan non formal yang nantinya juga bisa menghasilkan finansial yang tinggi. Saat ini pemerintah sedang mendukung ekonomi kreatif. Ada kerajinan, teknis komputer, perfilman, fasion dan masih banyak lagi. Namun saat ini masih menjadi celah yang belum digarap dan belum menjadi perhatian serius bagi anak muda,” terangnya kepada kabartuban.com, Senin (16/2/2016).
Wanto melanjutkan, beberapa kali kesempatan melalui program pelatihan dari Dinas Perekonomian dan Pariwisata (Disperpar), maupun Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Sosnaker) sedang mengupayakan untuk meningkatkan semangat kewirausahaan masyarakat agar mempunyai jiwa yang mandiri.
Dalam tolak ukur negara ASEAN di bidang Usaha Kecil Menengah (UKM), saat ini Indonesia kalah jauh dengan Malaysia yang bisa menembus angka 5% dari jumlah populasi, sedangkan di Indonesia hanya mencapai 1,5% dari jumlah populasi.
“Tapi kalau di Tuban saat ini sudah cukup bagus, Tuban ada kisaran 5 persen dari jumlah penduduk yang masyarakatnya sudah mau membuka usaha sendiri, itu cukup melegakan,” ungkapnya.
Menurutnya, dalam pembuatan produk, yang dihasilkan harus berstandarisasi agar nantinya bisa bersaing hingga menembus pasar ASEAN. Namun hal itu masih menjadi PR bersama untuk memfasilitasi produk-produk yang sudah berstandarisasi.
“Rencana itu juga masih menjadi kendala serius, karena masyarakat kita sendiri juga harus melek ekspor. Bagaimana sih mekanisme ekspor itu, ketika kita mau bersaing di tingkat ASEAN, kegiatan ekspor dan impor harus wajib untuk diperhatikan,” tutup Wanto. (har/riz)