kabartuban.com – Ratusan kilogram cabai jenis Merah Besar terpaksa dibuang ke Sungai Bengawan Solo oleh petani Desa Kanorejo, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban. Bukan tanpa alasan, cabai yang seharusnya siap panen dalam beberapa pekan mendatang itu rusak akibat banjir luapan Bengawan Solo.
Tanaman cabai milik petani terendam banjir sejak Sabtu, 17 Mei 2025. Akibatnya, sebagian besar tanaman busuk sebelum sempat dipanen. Beberapa petani mencoba menyelamatkan hasil dengan panen dini, namun cabai yang belum matang itu ditolak tengkulak dan membusuk lebih cepat.
“Sudah tujuh kwintal cabai saya buang ke sungai. Nggak laku dijual karena belum matang dan cepat busuk,” kata Yasman (63), petani cabai di Kanorejo.
Yasman mengaku mengalami kerugian lebih dari Rp40 juta dari 7.000 bibit cabai yang ia tanam. Ia hanya bisa pasrah, sementara hasil jerih payah berbulan-bulan hilang tanpa hasil.
Ketua Gapoktan Margo Makmur, Bambang Dwi Susanto, menyebutkan bahwa luapan sungai merendam sekitar 35 hektare lahan cabai dan ratusan hektare sawah dalam masa penyemaian.
“Tanaman cabai rata-rata berusia 40 sampai 75 hari. Sekitar 20 hari lagi harusnya sudah panen. Tapi sekarang semua terendam,” jelas Bambang.
Kerugian tidak hanya dirasakan petani cabai, namun juga mengancam ketahanan pangan di wilayah tersebut akibat gagalnya penyemaian bibit padi. Bambang berharap ada perhatian serius dari pemerintah daerah maupun pusat untuk memberikan bantuan dan solusi jangka panjang.
“Kami berharap ada upaya nyata, bukan hanya bantuan sesaat. Banjir Bengawan Solo bukan kali ini saja terjadi,” ujarnya. (fah)