kabartuban – Ada satu tradisi menarik yang tetap lestari di kalangan masyarakat pesisir utara Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Setiap tahun, tepat setelah perayaan Lebaran Ketupat, warga menggelar tradisi yang dinamakan Dus-Dusan, yaitu ritual mandi bersama di laut sebagai bentuk syukur kepada Tuhan sekaligus ikhtiar menolak bala. Tradisi ini digelar pada Senin (07/04/2025) di Pantai Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang.
Sejak pagi buta, warga berbondong-bondong dari berbagai kalangan usia memadati pantai. Mereka datang bersama keluarga masing-masing usai mengikuti acara tasyakuran di masjid desa. Suasana pantai yang biasanya tenang pun seketika menjadi semarak oleh tawa dan canda warga yang dengan penuh semangat menceburkan diri ke laut.
“Ini sudah jadi kebiasaan turun-temurun. Setiap Lebaran Ketupat, kami selalu ke laut habis acara di masjid. Katanya biar bersih dari penyakit dan tolak bala juga,” tutur Nila, seorang warga yang rutin mengikuti ritual ini.
Yang membuat tradisi ini begitu istimewa adalah partisipasi seluruh warga desa, tanpa memandang usia. Mulai dari anak-anak hingga para lansia ikut serta, baik dengan berenang, berendam, atau sekadar bermain air di bibir pantai sambil menikmati mentari pagi.
Sukardi, Kepala Dusun Gesikharjo, menjelaskan bahwa Dus-Dusan merupakan warisan budaya yang dijaga dengan baik oleh masyarakat.
“Tradisi ini sudah ada sejak lama. Setelah acara makan bersama ketupat di masjid, warga langsung ke pantai. Tidak perlu diajak-ajak lagi, semua tahu waktunya dan datang sendiri,” ujarnya.
Tak hanya menjadi ajang silaturahmi, kegiatan mandi laut ini juga dipercaya membawa berbagai manfaat kesehatan, seperti mengobati gatal-gatal dan menghilangkan rasa lelah. Oleh sebab itu, warga dari desa-desa sekitar pun kerap ikut bergabung demi merasakan khasiat dan kebersamaan yang tercipta dari tradisi ini.
Biasanya, ritual Dus-Dusan berlangsung hingga menjelang siang. Setelah puas bermain air laut, warga pulang ke rumah masing-masing untuk menikmati aneka sajian khas Lebaran Ketupat, seperti ketupat sayur dan lauk pauk tradisional yang menggugah selera.
Tradisi ini tak hanya memperkuat ikatan sosial antarwarga, tetapi juga menjadi simbol kearifan lokal yang patut dijaga kelestariannya. (fah)